Tante Vita ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Vita ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Vita inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).
Biasanya Tante Vita kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Vita ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Vita ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Vita malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Vita pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Vita mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Vita di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
Lalu Tante Vita menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Vita, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Vitan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.
“Don temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Vita sambil mulai berjongkok.
Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Vita kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Vita boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Vita.
“Heh kenapa kamu Don kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Vita.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Vita.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Vita.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.
Tante Vita cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
“Kamu mau liat Don? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Vita.
Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Vita membiarkanku memegang-megang vaginanya.
“Sudah yah Don nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.
“Iyah Tante”, jawabku.
“Iyah Tante”, jawabku.
Lalu Tante Vita menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.
Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
“Don, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Vita, kamu mau kan tolong jagain si ADon nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Vita.
“Iya deh Kak aku jagain si ADon tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Vita.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Vita, kamu mau kan tolong jagain si ADon nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Vita.
“Iya deh Kak aku jagain si ADon tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Vita.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Vita berdua saja di villa, Tante Vita baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
“Kamu sakit apa sih Don? kok lemes gitu?” tanya Tante Vita sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.
Tante Vita begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
“Kepala yang mana Don atas apa yang bawah?” kelakar Tante Vita padaku.
Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Vita sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.
Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Vita sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.
Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Vita, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar ADon saja yang ngelap, kan malu sama Tante”
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Vita sambil menurunkan celanaku dan CDku.
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Vita sambil menurunkan celanaku dan CDku.
Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
“Don mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Vita.
“Don mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Vita.
Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Vita yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Vita hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.
“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Vita.
“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Vita.
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Vita karena Tante Vita tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante Vita yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Vitapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Vita, Tante Vita pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Vita berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Vita lembab dan agak basah.
“Enak kan Don, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Vita.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Don?”
“Enggak Tante”
Tante Vitapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Vita, Tante Vita pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Vita berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Vita lembab dan agak basah.
“Enak kan Don, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Vita.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Don?”
“Enggak Tante”
Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Vita.
“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak ADon megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Vita.
Tante Vita pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Vita basah entah kenapa.
“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Don sampai-sampai celana dalam Tante basah”.
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak ADon megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Vita.
Tante Vita pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Vita basah entah kenapa.
“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Don sampai-sampai celana dalam Tante basah”.
Dilepaskannya pula celana dalam Tante Vita dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Vita duduk di sampingku
“Don pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Vita dengan tangan yang agak gemetar, Tante Vita hanya ketawa kecil.
“Don, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Vita.
Dia mulai memegang penisku lagi, “Don Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Vita.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi ADon enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Vita padaku.
“Don, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Vita.
Dia mulai memegang penisku lagi, “Don Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Vita.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi ADon enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Vita padaku.
Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Vita yang di tumbuhi bulu halus.
“Don jilatin donk punya Tante yah” katanya.
“Tante ADon enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Don”
“Tante ADon enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Don”
Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Vita di atas dan tanpa pikir panjang Tante Vita pun mulai mengulum penisku.
“Achh.. hgghhghh.. Tante”
Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Vita tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Vita seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Vita sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Vita dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.
Tante Vita pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Vita menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
“Kamu tahu enggak mandi kucing Don” kata Tante Vita.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Vita pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Vita pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.
Kulihat payudara Tante Vita mengeras, Tante Vita menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Vita. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Vita, langsung Tante Vita kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Vita seperti menjilati es krim.
“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Don enak banget terus Don, yang itu isep jilatin Don” kata Tante Vita sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Vita tanpa sengaja tertelan olehku.
“Don masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”
“Tante gimana caranya?”
Tante Vita pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Vita naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Vita pun mengejang hebat.
“Don Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Vita.
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Vita. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Vita mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Vita sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Vita tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
“Don nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Vita padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Vitapun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
“Tante ADon kayanya mau kencing niih”
“Tante ADon kayanya mau kencing niih”
Tante Vita pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Vita pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.
Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Vita menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Vita yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Vita, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Vita di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Vita. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Vita, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
“Don kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si ADon sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Vita.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Vita.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si ADon sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Vita.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Vita.
Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Vita yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Vita.
Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Vita bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Vita. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Vita sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Vita ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Vita.
Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Vita bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Vita yang nasibnya sama seperti Tante Vita, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar