Jumat, 16 Maret 2012

Nona Majikanku Dan Dua Temannya Yang Polos


Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.

Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.


########################

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmlmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Feilin.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.
“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.
Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Feilin, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.
Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.
“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang.
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum. “nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku memutuskan secara sepihak.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.
Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat lenikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.

bersambung...

*untuk sementara ceritanya sampai disini dulu ya, nantikan kisah selanjutnya?

Rabu, 14 Maret 2012

Adik mertua ku


Namaku rudi. cerita ini terjadi sekitar tahun 2000-an. pada saat itu aku belum menikah dengan istriku, namun aku sudah dekat dengan keluarganya sehingga kalau keluarga istriku itu ada keperluan biasanya akan menyuruhku untuk mengerjakannya.

mertuaku punya seorang adik perempuan, sebut saja yanti yang berumur sekitar 35 tahun. ia bekerja sebagai seorang karyawan di suatu bank swasta yang ada di kota kami.
Yanti memiliki tubuh yang mungil namun sangat seksi dengan kulitnya yang putih bersih serta wajahnya yang cantik membuat aku gak tahan, bahkan tanpa ia sadari apabila kami bertemu aku sering memperhatikan buah dada dan pantatnya yang aduhai sampai-sampai bila aku tidak tahan aku langsung menuju toilet lalu dengan sigap
tanganku akan memainkan kontolku hingga crot.... crot.... crot......
sudah lama sekali aku membayangkan kapan aku bisa menikmati tubuhnya yang kini hanya bisa kulihat saja.

sebenarnya Yanti mempunyai seorang suami yang juga bekerja di bank yang sama dengan yanti tetapi belum memiliki anak sehingga bodynya tetap terjaga. namun sekitar akhir tahun 2002 suaminya dipromosikan untuk menempati jabatan baru di cabang bank tersebut di kota yang cukup jauh dari kota kami, karena terlalu jauh untuk pulang-pergi sehingga suaminya memilih untuk menyewa sebuah rumah di kota tersebut dan baru pulang apabila akhir minggu.

suatu saat, seperti biasa aku kerumah pacarku. waktu menunjukkan pukul 21.00 tiba-tiba hujan turun disertai petir. aku yang biasanya duduk-duduk diluar rumah buru-buru masuk. tidak lama berselang handphone pacarku berbunyi. ternyata yanti memberitahu kepada pacarku agar aku bisa menemani yanti di rumahnya karena yanti type orang yang penakut dan dirumahnya listriknya padam akibat petir yang menyambar pohon.

setelah memutus telepon tersebut, pacarku berkata "tolong temani tanteku ya, kasihan ia takut kalau hujan dimalam hari, selain itu dirumahnya listrik padam"
mendengar hal itu dalam hati kuberkata "ini yang kutunggu-tunggu".
namun aku bersikap di hadapan pacarku seolah-olah aku tidak mau, tetapi setelah pacarku mendesak akupun menyetujuinya (dengan senang hati).

setelah pamit, langsung aja ku tancap motorku sekencang-kencangnya menuju rumah yanti.
setelah sampai aku langsung menekan bel "ting-tong". tak lama kemudian yanti muncul didepan pintu dengan pakaian tidur yang tipis berwarna biru muda, sampai-sampai walaupun hanya diterangi lilin aku masih bisa melihat buah dadanya yang mulussssss.
"kok bengong" katanya.
"ah nggak"kataku
"langsung aja masuk" katanya lagi.
akupun langsung masuk kemudian duduk di sofa ruang tamu. tetapi setelah aku duduk yanti mengajak aku agar duduk di ruang tengah saja menemaninya.

setelah diruang tengah aku langsung duduk di tempat yang agak berjauhan dari yanti.
"kenapa kok jauh-jauh" "sini dong gak apa-apa kok". kata-kata itu membuat hatiku mulai deg-degan.
setelah kami duduk bersebelahan yanti mulai bercerita bahwa ia takut apabila sendirian dimalam hari yang hujan.
sekian lama kami ngobrol, selama itu juga aku memperhatikan bayangan tubuh yanti yang terlihat karena penerangan cahaya lilin. hal ini membuat aku sering menelan ludah. dari obrolan itu ternyata suami yanti saat ini sudah jarang pulang kerumah karena kesibukannya sehingga yanti sering kesepian.

tiba-tiba petir menyambar dan terdengar suara yang keras, tanpa kusadari ternyata yanti langsung mendekap tubuhku erat-erat. namun setelah beberapa saat yanti tidak melepaskan dekapannya, akupun diam saja merasakan buah dadanya di lenganku, hal ini membuat kontolku langsung menegang dan pikiranku tidak karuan.

karena sudah tidak tahan langsung dengan nekat kutarik dagunya dan langsung kulumat bibirnya yang lembut. tanpa kusadari ternyata yanti tidak marah malahan ia langsung membalas ciumanku, kami pun berciuman untuk waktu yang lumayan lama.
setelah cukup lama berciuman lalu kutarik yanti ke kamarnya yang terletak tidak jauh dari ruang tengah.
tanpa banyak kata langsung kubuka pakaiannya hingga tertinggal celana dalam. dan terlihatlah buah dadanya yang montok dan terlihat masih kencang. tanpa komando langsung kusedot putingnya dan terdengar napas yanti yang memburu "akh....mmmm.....akh.... terus rud..... akhh!!!!"

setelah cukup lama aku langsung membuka celana dalamnya dan terlihatlah bulu-bulu halus diatas gundukan yang merekah berwarna merah, setelah itu langsung kusedot vaginanya yang ternyata mulai basah dan didalam kamar yang remang-remang tersebut kucari klitorisnya dan langsung kumainkan dengan lidahku yang membuat kedua kaki yanti menjepit kepalaku.
tak lama berselang "akh... akuuuu mau keluaaarrrr!!! aaakhhhh"
dan suara yanti tadi diiringi dengan cairan yang makin membasahi vaginanya.

selanjutnya aku mulai membuka pakaianku, dan setelah celana dalamku ku buka terlihatlah jagoanku yang dari tadi sudah berdiri tegak.......
"wow besar juga punyamu rud......." kata yanti
dan dengan sigap yanti langsung menarik kontolku dan memasukkannya kedalam mulutnya.. "hmmmmmm" rupanya pintar sekali yanti memainkan kontolku didalam mulutnya.........nikmat sekaliiiiiiii"

setelah aku gak tahan langsung kudorong tubuh yanti ke tempat tidur dan langsung bersiap dalam posisi...... "sudah gak tahan ya" goda yanti.
dan dalam beberapa saat langsung kutujukan kontolku ke dalam rongga kenikmatannya dan blesss, kontolku masuk diiringi dengan erangan yanti.
"akhhhhhh.......nikmat ruddddd..." ternyata sudah lama yanti gak diberi "jatah" oleh suaminya.
mendengar itu aku terus bernafsu memompa vagina yanti yang ternyata masih bisa menjepit dengan kuat.
"akhh..akuuuu... udahhh mau keluarrr ruddd"
"ya akuuu jugaaaa"
lalu beberapa jurus berikutnya "croott....crootttt....crotttt"
keluar juga laharku dan kurasakan jepitan vagina yanti yang diikuti cairan kenikmatannya.

begitulan ceritaku selanjutnya setiap yanti ditinggal suaminya akupun dengan setia memenuhi hasratnya yang menggebu-gebu.
walaupun kami harus kucing-kucingan. walau aku menikah pun hingga kini kami masih mencuri-curi waktu untuk melakukannya.

Selasa, 13 Maret 2012

Tante Toket Gede Bikin Ngiler (4)

Tante girang toket gede, tante girang hot, tante hot


<===== Lihat juga foto sebelumnya

Tante Toket Gede Bikin Ngiler (3)

Penampilan Hot Tante dengan Toket GEDE


<===== Lihat juga Foto lainnya ====>

Tante Toket Gede Bikin Ngiler (2)

Toket Tante Gede, Sapa yang mau pegang



<=====  Lihat juga Foto lainnya =====>

Tante Toket Gede Bikin Ngiler (1)

Foto tante toket gede, sapa yang mau. Silahkan diunduh aja. Lumayan buat koleksi.


Fose menantang tante girang, masih ada foto laennya. lihat aja  di sini  ===>



Poto Tante Bikin Celana Sempit

Ini poto hot banget ya, toket-nya bikin celana sempit. Fosenya menantang.


Ni ada lagi pose laennya.



Sabtu, 10 Maret 2012

Foto Syahrini Cewek Telanjang Beredar di Internet


Foto syahrini cewek telanjang baru-baru ini beredar banyak sekali di internet. Bahkan kabarnya si syahrini sampai melaporkan orang yang menyebarkan pertama kali foto syahrini nakal dan hot seksi syur di internet tersebut. Kalo bagi saya yang sedikit tahu foto-foto si syahrini si ya lumayan hot juga. Koleksi foto syahrini yang harusnya jadi milik pribadi tapi sekarang jadi tontonan publik.

Awal datangnya si syahrini saya sih agak suka meskipun penampilan seksinya si syahrini terlihat sekali kalau dia seperti cewek nakal dan kurang baik. Nah mungkin keputusan dari Anang untuk tidak berduet dan jatuh cinta lagi sama si syahrini bisa jadi karena hal tersebut. Menurut kamu foto cewek telanjang dan foto syahrini telanjang yang beredar di internet berikut ini tergolong foto syahrini hot atau foto syur syahrini bukan ?? belom tau gimana fotonya syahrini :D , yuk kita simak aja ;) .






Gimana menurutmu ? apa foto syahrini tersebut tergolong foto syahrini seksi, foto syahrini hot, foto syahrini syur, foto syahrini bugil, foto syahrini telanjang ? ahh yang mana saja foto diatas yang jelas menurut saya fotonya syahrini tersebut seksi dan agak menantang saja, bukan foto bugil atau foto telanjang si syahrini. Ini hanya sekedar sharing :P untuk si syahrini agak tutup dikit auratnya :)) biar ga pada ngiler kalo liat foto-fotomu ya mbak :P


Source:www.luziansya.com

Kamis, 08 Maret 2012

Tren Warna Rambut Spring/Summer 2012


PERGANTIANmusim selalu membawa arus tren rambut terbaru. Lalu, bagaimanaah tren rambut Spring/Summer di tahun 2012 ini ?

Tren warna rambut memang tak pernah lepas dari kebutuhan sehari-hari, khususnya bagi wanita perkotaan dengan mengusung gaya dalam keseharian, tatanan rambut perlu selalu dijaga agar terlihat menawan.

Memasuki musim Spring/Summer, inspirasi gaya rambut pun mulai menjadi perburuan. Untuk itu, L’Oreal sebagai brand yang senantiasa menghadirkan berbagai inspirasi gaya rambut pun memberikan gambaran tren untuk musim ini melalui presentasi tiga hairdresser dalam Spring/Summer Color Collection 2012 Hairshow.



Dalam acara ini, ketiga hairdresser Indonesia ditantang untuk dapat mengaplikasikan karyanya lewat kreasi internasional yang diberi nama “Sompetux” yang mengartikan Mademoiselle Popeline, Donna Taffetas, dan Lady Organza.

“Ini sudah menjadi komitmen bagi kami untuk terus mengapresiasi para hairdresser Indonesia dalam mengembangkan karyanya. Layaknya sebuah atribut bagi seniman Parisian yang menghasilkan kreasi tailor-made-nya menggunakan detail elemen dan tiga judul tersebut diinterpretasikan untuk wanita Indonesia oleh ketiga Hairdresser Ambassador L’Oreal Professional,” ungkap Yola Sutjiutomo selaku Group Product Manager L’Oreal Professionnel dalam acara L’Oreal Professional Spring/Summer Color Collection Hairshow 2012 Somptueux, Sampoerna Strategic Building, Jakarta, Rabu (7/3/2012).

Dalam acara itu, masing-masing hairdresser menuangkan karyanya melalui acara ini dan menunjukkan mereka bahwa warna-warna rambut yang sesuai untuk wanita Indonesia. Inspirasi kreasi Lady Organza diinterpretasikan oleh Andy Lie melalui tampilan gaya rambut pendek yang praktis, namun tetap elegan dengan tambahan aksesori berbentuk pita.

“Nuansa warna yang digunakan cooper beige brown dicampur dengan sentuhan warna violet,” terang Andy menjelaskan karyanya.

Lain halnya dengan Arie Hidayat dan Bambang Harryono mengaplikasikan kreasi Mademoiselle Popeline melalui gaya rambut panjang, serta potongan layer dan gradasi warna sehingga memberikan efek bervolume.

“Bunga dan wanita tidak pernah bisa terpisahkan. Oleh karena itu, dalam inspirasi kreasi ini saya menggunakan bunga, pemilihan gradasi warna yang halus nuansa golden serta irridescent blonde dan magenta,” tuturnya.

Dan untuk menginterpretasikan kreasi Donna Taffetas dihadirkan Irwan Rovani Doke melalui sosok kecantikan abadi wanita di era 1950-an yang terkesan misterius namun tetap terlihat kuat, cantik, dan anggun.

“Di tahun 1950-an, sosok wanita dengan potongan rambut pendek menjadi insipirasi saya dan penggunaan warna untuk karya ini. Saya menggunakan dark mahogandy contrast, serta sentuhan highlight brownish,” terang pria bergaya nyentrik ini.

Inovasi teknik tata rambut serta kemampuan untuk menyajikan tren rambut terkini menjadi kunci bagi setiap hairdresser untuk dapat memberikan kepuasan bagi para pelanggannya.

Sorce:lifestyle.okezone.com

Selasa, 06 Maret 2012

AKU, ANNA, HENNY TEMAN HENNY ARIE


Suatu ketika Dicky mendapat tugas dari kantornya untuk mengurus bisnis mereka ke Hongkong selama 2 minggu. Seperti biasa, Dicky memintaku menginap di rumah mereka menemani isterinya, Anna.


Dua hari menjelang kepulangan Dicky, Henny datang bersama seorang temannya, Arie, seorang perempuan berdarah Madura-Ambon. Sekilas melihat gayanya, agak kelelakian. Ia tidak cantik, tetapi kulitnya yang hitam manis dengan sebaris kumis tipis di atas bibirnya, membuat dirinya begitu seksi. Saat melihat payudaranya dari luar, kutaksir lebih kecil daripada milik Anna dan Henny.



Semula aku tidak begitu tertarik pada Arie, sebab kesannya agak kasar, tidak selembut Anna dan tidak semanja Henny. Apalagi kalau bicara, nadanya amat vulgar. Tetapi saat kami bercakap-cakap berempat, terasa semakin enak ngobrol dengannya.



Setelah makan, malam harinya kami memutar film blue berempat. Anna mencari koleksi BF mereka dan memutar film lesbian. Mula-mula dua orang lesbi saling bermesraan, halus, penuh romantisme dan berakhir dengan jeritan kenikmatan dalam permainan 69 di antara mereka. Setelah itu dua orang lesbian berciuman setelah saling menelanjangi satu sama lain dengan ganasnya, kemudian mereka menggunakan dua dildo memuaskan yang lain lalu berakhir dengan memakai satu dildo panjang yang dimasukkan ke dalam vagina mereka berdua sambil keduanya berbaring terlentang berseberangan memaju-mundurkan tubuh mereka agar dildo tersebut masuk keluar vagina masing-masing. Melihat adegan itu kulihat Anna merapatkan kedua belah pahanya sambil sesekali meleletkan lidahnya. Henny menonton sambil merabai pahanya perlahan-lahan dan sesekali menekan-nekan pangkal pahanya. Sedangkan Arie meraba-raba dadanya sendiri. Aku melihat film tersebut sambil sesekali melirik ketiga perempuan di dekatku.



Adegan berikutnya adalah permainan panas antartiga orang perempuan bule cantik. Setelah ketiganya bertelanjang dan membentuk segitiga di mana yang satu mengelus, meraba dan mencium serta menjilati vagina yang lain sambil menikmati vaginanya diperlakukan demikian, tiba-tiba mereka didatangi seorang pria bule tinggi besar. Melihat ketiga perempuan itu, ia berdecak-decak dan mendekati satu persatu mereka, merabai payudara dan menciumi bibir mereka satu persatu. Sadar akan kehadiran pria tersebut yang ternyata adalah teman mereka, ketiga perempuan itu bangkit dan memaksa si pria duduk di sofa, membukai baju dan celananya serta membagi tugas untuk mengerjai si pria itu. Perempuan pertama mencium bibir dan leher si pria, yang kedua menjilati dada si pria, sedangkan yang ketiga dengan lembut menciumi penis si pria. Kulirik Henny semakin mendesah dan mendekati tempatku duduk. Ia lalu duduk di sebelah kiriku. Anna yang melihat Henny pindah, mendekati Arie dan duduk di sebelahnya sambil tangan kanannya diletakkan di paha kiri Arie yang tangan kirinya memeluk bahu Anna. Aku memeluk bahu Henny dan tangan kananku kuarahkan mengusap-usap pipi dan bibirnya. Henny memejamkan mata menikmati elusan jari-jariku dan ketika tiba di permukaan bibirnya, jari-jariku bergantian ia isap masuk ke dalam mulutnya. Kubiarkan ia berlaku demikian sambil menurunkan tangan kiriku dari bahunya dan mengelus-elus ketiak kirinya dari belakang dan mencari celah masuk ke tepi payudara kirinya. Henny mendesah. Kulihat Anna merebahkan kepala ke bahu Arie. Arie mendekatkan pipinya hingga bersentuhan dengan pipi Anna dan perlahan-lahan ia labuhkan ciuman pada bibir Anna. Anna membalas dengan mesra sambil merintih perlahan. Tayangan film tidak lagi menjadi pusat perhatian kami, tetapi sempat kulirik bagaimana si pria bule tadi mulai menancapkan penis pada vagina perempuan yang menjilati penisnya sambil mencium vagina perempuan lain yang berdiri di depannya, sementara tangan kanannya merabai vagina perempuan ketiga. Rintihan mereka semakin meninggi.



Henny semakin mengerang ketika jari-jariku masuk ke dalam cup BH-nya dan mencari putingnya. Jari-jarinya mengarah ke celana panjangku dan membuka ikat pinggang dan risleting dengan cepatnya. Kugerakkan pinggang dan pinggulku hingga celana panjang dan celana dalamku turun ke lantai. Kaos yang kupakai kubuka sambil membuka baju atas Henny dan meraba ikatan BH-nya di belakang. Kulepaskan baju dan BH-nya hingga terpampanglah payudaranya yang indah. Arie kulirik tengah melakukan aksi serupa denganku, membuka gaun Anna, yang ternyata tidak mengenakan BH dan celana dalam di baliknya, hingga Anna sudah langsung telanjang bulat. Dengan bertelanjang, Anna duduk di pangkuan Arie, menghadap ke arahnya dan terus berciuman sambil kedua tangannya memeluk leher Arie. Arie menciumi bibir, wajah dan leher Anna yang semakin menggeliat-geliat di pangkuan Arie. Jari-jari Anna mulai bekerja membukai kancing baju Arie.



Kuarahkan wajahku ke leher dan dada Henny yang terbuka. Ia mendesah dan rebah di sofa panjang. Kuarahkan ciuman pada kedua payudaranya, mengulum putingnya bergantian sambil sesekali melakukan sedotan maut. Setelah puas, kujilati perutnya yang putih hingga turun ke pusar dan pangkal pahanya. Kulihat tidak ada lagi bulu-bulu halus di situ, agaknya ia baru cukur. Lidahku turun ke sela-sela pahanya, mengait-ngait daerah seputar labianya, lalu turun ke dekat anusnya yang harum. Henny mengerang sambil meremas-remas rambutku. “Gus, ahhhh ….. sshhhhh …. yaaahhh terussss sayang …..” Kujilati permukaan anusnya hingga ia menggeliat dan mengangkat pinggulnya agak tinggi karena rasa geli bercampur nikmat. Arie sedang menciumi payudara Anna dan mengulum putingnya dengan berbagai irama. Kulihat terkadang ia melakukan ciuman lembut, tetapi tak lama kemudian sedotan ganas dan cepat, hingga Anna merintih-rintih, “Riiiii …. ooookkkhhh jangan siksa aku dong sayangggg….. Akkhhhh nikmat …. yyaaa, gitu …. terussss …. Oooohhhhhh”



Kulihat klitoris Henny yang semakin tegang. Pinggulnya ia angkat-angkat seakan-akan memintaku segera memesrai vaginanya. Kuarahkan lidahku pada klitorisnya dan melakukan jilatan-jilatan tanpa menyentuh vaginanya. Ia mengerang. Puas memperlakukannya demikian, kuarahkan lidahku ke sela-sela labianya dan mulai melakukan usapan-usapan lidah dengan lembut. “Ooooooohhhhh ….” desisnya panjang. Kini lidahku bermain bersamaan dengan bibirku mencium dan menjilat bahkan menyedot klitoris dan labianya lalu lidahku menerobos liang vaginanya membuat pantatnya kembali terangkat. Di sofa sebelah kulihat Arie masih menyedot payudara Anna sambil membuka bajunya sendiri. Kuamati payudaranya yang kecil, tetapi indah, putingnya tampak menonjol di atas bongkahan payudara mungilnya. Arie menarik tangan Anna rebah di karpet. Setelah membaringkan Anna, ia tempatkan tubuhnya di atas Anna dalam posisi terbalik. Kini mereka melakukan style 69. Kulihat lidah Arie dengan cepatnya bergerak liar di vagina Anna dan ketika melakukan isapan pada labia Anna, desahan Anna berubah menjadi jeritan-jeritan kecil.



Henny yang sudah tak kuasa menahan nafsunya kemudian membuka pahanya lebar-lebar dan menarik pinggulku agar mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Aku yang masih ingin bermain lebih lama tidak serta-merta mengikuti kemauannya, setelah kuarahkan kepala penisku ke permukaan vaginanya, kupegang penisku pada pangkalnya dan kugesek-gesekkan pada labianya, mula-mula perlahan-lahan, tetapi kemudian semakin cepat. Kumasukkan hingga sebatas leher penisku ke dalam vaginanya, meskipun tahu ia sudah ingin lebih daripada itu. Henny merintih-rintih. Kuteruskan gerakanku sambil sebelah tangan merabai payudaranya yang sintal. Rintihan kenikmatan tak lama kemudian keluar dari mulut Henny. “Ahhhh…. Gus …… kamu jahat, aku sudah keluar nich …. Oooouukkkhhhhhhh …..” Setelah itu ia terkulai lemas sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.



Kuperhatikan Anna yang ada di bawah Arie. Kudekati mereka berdua. Tangan mereka kutarik dan kuajak ke kamar tidur, seorang di sebelah kiriku dan yang lain di sebelah kananku; sedangkan Henny mengikuti di belakang kami setelah mematikan film tadi. Anna kurebahkan di atas ranjang dalam posisi terlentang. Kutarik kedua paha Anna semakin melebar dan menaruhnya ke pundakku, sedangkan Arie kembali menempatkan diri di atas Anna melanjutkan aksinya. Arie menarik penisku semakin mendekati vagina Anna seraya menciumi penisku yang masih lengket oleh cairan vagina Henny. Ia kulum kepala penisku dan beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya hingga melesak ke tenggorokannya. Setelah mengelus-elus kedua labia Anna dengan kepala penis, kudesakkan penisku memasuki liang vagina Anna. Anna merintih semakin kuat, apalagi saat Arie meneruskan aksinya menjilati klitorisnya. Arie pun kudengar mendesah, mungkin karena diserang habis-habisan, Anna semakin ganas menjilati vagina Arie. Henny yang sudah melepaskan lelah melihat aksi kami bertiga, lalu mendekati Anna. Diciuminya bibir Anna, lehernya dan kemudian berhenti di payudara Anna sambil jari-jarinya bermain pada vagina Arie yang terus dilumat oleh Anna. Desahan Anna dan Arie bercampur dengan eranganku menuju puncak kenikmatan. Gerakanku semakin cepat dalam vagina Anna. Niatku tidak menyemprotkan sperma di vaginanya, sebab ingin merasakan vagina Arie. Begitu kurasakan vaginanya semakin kuat mengunci penisku, kutarik penisku dan kuganti dengan jari-jariku. Walaupun ia sempat protes, tetapi tak kuasa melawan, sebab lidah Arie yang masih menindih tubuhnya dari atas dan aksi Henny pada payudaranya membuatnya tak bisa melepaskan diri dari himpitan kami. Jari telunjuk dan tengah tangan kanan kumasukkan masuk keluar vagina Anna dan kurasakan denyutannya semakin menguat, lalu dengan suatu jeritan panjang, Anna mencapai orgasme.



Puas melihat dua perempuan sudah mencapai orgasme, kudekati belakang Arie yang masih menjilati cairan Anna. Kuusap-usap pantatnya dan kugelitik vaginanya yang masih diciumi oleh Anna dari bawah. Penisku kumasukkan tanpa kesulitan yang berarti. Jepitan vaginanya terasa begitu nikmat. Basahnya vaginanya membuat penisku masuk keluar dengan mudah. Erangannya semakin kuat diserang vaginanya dari bawah oleh Anna sedangkan dari atas penisku merojok masuk dengan doggy style. Henny yang semula mengerjai payudara Anna, kini mencari mangsa baru. Ia rebah di samping tubuh Anna searah dengan Arie yang ada di atas mereka lalu meremas-remas payudara Arie yang kecil sambil menciumi putingnya dengan sedotan-sedotan ganas. Merasakan serangan dari tiga jurusan, Arie tak mampu bertahan. Aku pun merasakan hal yang sama. “Gus, aku mau dapet niccchhhhh ……” desisnya. “Ya sayang ….. aku juga. Bareng ya say…..!” geramku sambil mempercepat ayunan pantat menghantam pantatnya. Penisku masuk amblas sedalam-dalamnya dan kurasakan denyutan vaginanya beberapa kali sebelum menyemburkan cairan hangat pada penisku. kurebahkan tubuhku di atas punggung Arie. Anna menggeser tubuhnya ke samping dan berpelukan dengan Henny. Kemudian kami berempat berbaring terlentang dalam keadaan telanjang sambil menenangkan diri setelah perjalanan menuju puncak kenikmatan.



Sekitar 15 menit kemudian, Arie bangun dari ranjang dan membuka laci tempat Anna menyimpan penis buatan. Diambilnya dildo berwarna merah jambu yang bertali, diikat di pinggangnya hingga ia terlihat seperti seorang pria dengan dua payudara mungil; dan kini ia mendekati Henny yang masih berbaring sambil memejamkan mata. Sambil mengusap-usap vagina Henny, tangannya membuka kedua paha Henny melebar. Henny membuka mata dan tersenyum melihat Arie. Sesaat Arie menciumi vagina Henny dan tak lama kemudian ia memasukkan dildo yang dikenakannya ke dalam vagina Henny. Henny merintih dan memeluk kuat-kuat punggung Arie. Desisan Henny semakin kuat memenuhi isi kamar tidur itu. Kulihat Anna memperhatikan mereka dengan mata setengah terpejam sambil meraba-raba payudaranya sendiri. Sekitar 10 menit bertempur, Henny kembali mencapai orgasme. Kedua pinggangnya menjepit pinggul Arie dan kedua tangannya memeluk leher Arie sambil menikmati hunjaman dildo Arie disertai sedotan Arie pada payudaranya. Arie mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Henny dan kini ia mendekati Anna. Anna berusaha mencegah, “Riii, ntar dulu, masih lemes nihhhh ..” Arie tidak menggubris penolakan Anna. Ia balikkan tubuh Anna hingga tengkurap dan membuka kedua belah paha Anna hingga terpentang lebar, lalu dildo yang masih dilelehi cairan vagina Henny, ia desakkan masuk ke dalam vagina Anna. “Aaaahhhh, sakit Riiiii …. pelan-pelan sayang …… oooohhh” desis Anna. Arie menarik dildo tersebut dan menambah pelumas dengan air ludahnya. Dildo tersebut kembali ia masukkan ke vagina Anna. Anna menggeliat nikmat apalagi ketika Arie semakin cepat memasuk-keluarkan dildo tersebut masuk keluar vaginanya. Aku yang berada di sebelah Anna, memandangi ulah mereka sambil merabai tubuh Anna dan mencari-cari payudaranya. Demi memberi peluang bagi jari-jariku, Anna agak mengangkat tubuh bagian atasnya, hingga tanganku bisa merabai payudaranya. Kedua tangan Anna diletakkan menyiku pada ranjang. Sambil terus meremas-remas payudaranya, kuciumi bibirnya dan kuisap lidahnya. Anna mengerang dan merintih. Lama-kelamaan rintihan Anna berganti menjadi jeritan seperti biasanya jika ia akan mencapai orgasme. Kuisap puting payudaranya sambil terus meremas-remas. Henny yang melihat kami bertiga kembali terangsang. Ia dekati tubuhku yang terlentang di dekat Anna dan menciumi penisku kembali. Gerakan Arie semakin kencang dan membuat Anna kembali menjerit penuh kenikmatan, “Ooooooukkkkhhh Riiiii, aku dapet sayangggg……”

Arie tersenyum penuh arti kepadaku sambil menghentakkan dildo yang dipakainya sekuat-kuatnya ke vagina Anna. Tubuh Anna kemudian rebah tengkurap. Arie bangkit mendekatiku dan menciumi bibirku, “Agus sayang, kamu mau memenuhi nggak? Aku mau kamu turuti keinginanku. Pokoknya kamu pasti nikmat deh!” katanya. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.



Arie kemudian turun dari ranjang dan mengambil kain hitam dari laci tempat dildo simpanan Anna. Kedua mataku ditutupnya dengan kain tersebut. Aku berbaring penasaran menunggu tindakan selanjutnya. Kurasakan kedua tangan dan kedua kakiku dipentang lebar-lebar oleh tangan Henny dan Anna. Lalu kurasakan tali temali mengikat satu-persatu tangan dan kakiku yang terpentang tadi. Kini aku sama sekali tidak dapat menggerakkan tangan dan kakiku, sebab dipentang ke empat jurusan. Kemudian kurasakan hembusan napas di leherku dan dadaku. Tak lama, kain hitam penutup mataku dibuka dan kulihat Arie mengangkang di atas dadaku. Ia gesek-gesekkan pangkal pahanya pada dadaku. Kurasakan dadaku basah akibat cairan vaginanya. Henny berlutut di sebelah kiri kepalaku dan menciumi bibirku, sedang Anna di dekat pahaku mengelus-elus pangkal pahaku. Dengan kondisi terpentang dikeroyok tiga orang perempuan tanpa dapat menggerakkan tubuh sama sekali, mereka berhasil memperdaya aku. Arie berlutut di sebelah kananku dan menciumi leher, dada dan perutku hingga aku kegelian. Henny terus memagut bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. Kuisap kuat-kuat lidahnya dan membalas ciumannya. Anna mulai mendaratkan ciumannya pada lututku dan naik perlahan-lahan ke pahaku dan berhenti pada sela-sela pahaku. Di situ lidahnya bermain mengelus-elus pangkal pahaku tanpa sedikit pun menyentuh testis maupun pangkal penisku. Gerakan tubuhku meronta-ronta tidak ada artinya dalam kekuasaan mereka. Eranganku tak dapat membuat mereka menghentikan siksaan. Lidah Arie bermain pada putingku, sesekali menjilat, lain kali mengisap dan menggigit. Sekujur perutku tak luput dari jilatan lidahnya hingga kurasakan dada dan perutku basah oleh air ludahnya. Tangan Arie lalu menjambak rambut Henny dan menarik kepalanya untuk menggantikan dirinya menciumi dada dan perutku. Ia turun dari atas ranjang dan kembali mencari dildo dari laci di dekat ranjang. Kuamati bagaimana ia menimang-nimang beberapa dildo dan kemudian memilih yang agak kecil, berwarna hitam dan memasangnya dengan mengikat talinya pada pinggangnya kemudian ia mengambil sebotol kecil cairan dan meneteskan beberapa tetes ke dildo yang ia kenakan dan naik kembali ke atas ranjang.



Lidah Henny terus menjilati perut dan kini turun ke pahaku. Sementara jilatan Anna tidak lagi hanya pada pangkal pahaku, tetapi melumat kepala penis dan testisku. Sesekali ia memasukkan seluruh penisku hingga pangkal penis dan ujungnya masuk mendesak tenggorokannya. Henny menarik belakang kepala Anna dan berciuman. Lama mereka berciuman, lalu keduanya sama-sama mencium dan menjilati penisku. Aku merasa geli dan nikmat atas perlakuan keduanya. Kadang-kadang yang satu menjilati penisku sedangkan yang lain memasukkan testisku ke dalam mulutnya, demikian bergantian. Arie berjongkok di sela-sela pahaku yang terpentang lebar dan mendekatkan penis buatan yang ada di depan pahanya ke arah analku. “Ah, jangan Riii, ntar nggak muat, sayang!” protesku.



“Kata siapa nggak muat? Penismu aja kudengar sudah beberapa kali masuk anal Henny dan Anna. Masak yang lebih kecil dari penismu tak bisa masuk analmu sendiri?” katanya sambil menggesek-gesekkan kepala dildo tersebut pada lubang anusku.



Aku hanya mampu mendesah ketika kepala dildo itu mulai ia gerak-gerakkan di lubang analku. Apalagi ketika dildonya semakin masuk berkat pelumas yang ia oleskan pada dildo tersebut dan kini sebatas lehernya bergerak masuk keluar analku. Pelan-pelan rasa hangat bercampur nikmat memenuhi kepalaku. Sementara penisku bergantian dilumat oleh Henny dan Anna. Makin lama dildo yang dipakai Arie masuk makin dalam ke analku. Aku merasakan suatu kenikmatan tersendiri. Terlebih setelah kulihat Anna mengangkang di atas perutku dan menempatkan vaginanya tepat di atas penisku. Kemudian ia menurunkan tubuhnya hingga penisku melesak masuk merambah ke dalam vaginanya. Aku semakin dikuasai oleh nafsu dikerjai oleh Anna dan Arie. Henny melihat ulah Anna dan merabai payudara Anna sambil terus menciumi dadaku dan bibirku. Lalu Anna mengangkat vaginanya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya. Beberapa kali mencoba, akhirnya penisku dapat menerobos liang analnya.



“Addduuhhhh… aaakkkhh … nikmattttnyaaa ….” desis Anna sambil mempercepat ayunan pinggulnya naik turun di atasku.



Tekanan penisku pada analnya ditambah dengan kenikmatan tekanan dildo Arie pada analku membuatku mengerang-erang nikmat. Kira-kira lima menit Anna memasuk-keluarkan penisku ke dalam analnya, kembali ia memindahkan penisku ke dalam vaginanya dan bergerak naik turun di atas perutku semakin cepat. Karena berada di atas tubuhku, beberapa saat kemudian Anna menjerit karena telah mencapai orgasme.



“Guuussss…. aaauukhhhh … oooohhhh … aku dapat sayang ….” Tubuhnya beringsut rebah di sampingku dan digantikan oleh Henny yang keranjingan melihat penisku yang masih tegang.



Henny mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya, tetapi tidak berhasil. Ia lumuri penisku dengan ludahnya lalu kembali memasukkan penisku. kini perlahan-lahan penisku masuk ke dalam analnya. Anehnya aku belum orgasme diperlakukan ketiga perempuan itu. Puas mengerjai penisku dengan analnya beberapa saat, Henny menarik tubuhnya dan memegang penisku serta memasukkannya ke dalam vaginanya. Ia bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan; terkadang ia melakukan gerakan memutar di atas perutku hingga gesekan liang vaginanya begitu hebat memilin penisku. Henny merintih dan beberapa saat kulihat matanya membeliak dan gerakannya semakin tak beraturan. Kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan memilin putingnya. Anna hanya memandangi kami sambil berbaring. Arie semakin mempercepat gerakannya maju mundur sambil menarik kedua pahaku tepat di atas kedua pahanya. Gerakan Arie semakin hebat hingga kurasakan tak lama lagi akan orgasme. Kuangkat pinggulku agak naik. Dengan suatu sentakan tajam, Arie menghunjamkan dildonya dibarengi dengan gerakan tubuh Henny naik turun di atas penisku, hingga akupun menjerit karena merasakan orgasme ganda baik pada anal maupun penisku. Dengan cepat Henny berdiri dan sebelum penisku memuntahkan pelurunya, ia sudah mengulum penisku dengan kuat dan isapannya membuat penisku melontarkan sperma sangat banyak ke dalam mulutnya. Anna yang melihat hal itu, tak mau ketinggalan, cepat ia berlutut di sampingku dan turut menjilati penisku dan sisa-sisa spermaku pada mulut Henny sambil sesekali berciuman dengannya di atas penisku. Arie berdiam diri membiarkan dildonya masih tertancap di analku yang berdenyut-denyut menjepit dildonya. Aku terkulai lemas diikuti oleh Anna dan Henny di sebelah kiri dan kananku. Tak lama kemudian, Arie berbaring di dekat kami setelah melepaskan dildo yang ia pakai dan menciumi bibirku. Anna dan Henny kulihat berpelukan sambil berciuman. Lalu ketiga perempuan itu berpelukan sambil berciuman dan memainkan lidah mereka sebelum rebah berbaring di dekatku.



Kami tertidur beberapa saat. Lewat tengah malam. Aku terbangun waktu merasakan elusan jari-jari Arie pada wajahku. Ia berbisik di telingaku sambil lidahnya bermain membelai daun telingaku dan jari-jarinya mengusap dada dan perutku yang telanjang.



“Agus sayang, kamu mau membantuku memuaskan kedua teman kita ini?”



“Maksudmu gimana Ri,” tanyaku.



“Ntar kusetubuhi mereka bergantian, tapi kamu pake doggy style kerjai aku. Gimana, mau kan, sayang?” tanyanya sambil lidahnya ia julurkan membelai-belai bibirku.



“Baik tuan putri, hamba siap menjalankan titah tuan putri,” candaku sambil mengisap lidahnya kuat-kuat.



“Duuhhh, pelan-pelan Gus, bisa putus lidahku,” jeritnya sambil melepaskan lidahnya dari jepitan bibirku.



Kedua teman Arie masih lelap dalam mimpinya. Arie perlahan-lahan mendekati Anna dan merabai betis dan paha Anna. Anna masih memicingkan mata. Semakin lama jari-jari Arie naik hingga pangkal paha Anna. Sementara aku mendekati kepala Anna dan menciumi wajahnya. Kucoba mengembuskan nafas beberapa kali di wajah Anna, tetapi matanya tetap terpejam. Kuarahkan bibirku pada bibir Anna dan menciumnya lembut, lalu lidahku kujulurkan memasuki rongga mulutnya. Anna entah sadar atau tidak membuka sedikit rongga mulutnya memberi ruang bagi lidahku memasuki mulutnya dan mengait-ngait langit-langit mulutnya. Beberapa saat kemudian kuamati kelopak mata Anna membuka dan senyumnya merekah melihatku menciuminya. Ia membalas pilinan lidahku dan menjulurkan lidahnya untuk kuisap. Lama kami berpagutan memainkan bibir dan lidah kami. Sementara jari-jari Arie kuperhatikan sekilas mulai bermain di sela-sela pangkal paha Anna. Desahan Anna terdengar ketika klitorisnya kembali dielus-elus oleh Arie. Apalagi sewaktu kuremas-remas payudaranya dan menekan-nekan lembut puting payudara Anna sedangkan Arie membungkuk dan menciumi vagina dan klitorisnya, Anna semakin kuat mengisap lidahku. “Ahhh, kalian berdua nakal, orang tidur digangguin,” rintihnya sambil mendesis seperti orang makan cabe.


Entah kapan Arie memakai kembali dildonya, kulihat ia mulai mengulas-ulas permukaan vagina Anna dengan kepala dildonya. Anna semakin menaikkan volume rintihannya. Kulirik ke arah Henny. Ia masih tertidur, tak terganggu oleh perbuatan kami bertiga.


Arie menarik kedua paha Anna mendekati tubuhnya, sehingga hal itu membuat vagina Anna semakin mendekati dildonya. Kulihat dildo tersebut mulai masuk hingga batas lehernya ke dalam vagina Anna. Anna menggeliat-geliatkan pinggul dan menurunkan tubuhnya agar vaginanya semakin dalam dimasuki dildo Arie. Arie memajukan tubuhnya sambil meletakkan kedua paha Anna menjepit pinggulnya. Anna mendapatkan sambutan mesra demikian, menjepit pinggul Arie semakin kuat, terlebih setelah payudara dan putingnya kuciumi dan kuisap. Geliat tubuhnya semakin tak menentu bagaikan cacing kepanasan. Desahnya berubah menjadi rintihan dan sesekali jeritan lirih keluar dari bibirnya. Kuisap putingnya secara bergantian sambil meremas-remas kedua payudaranya yang sekal. Arie semakin mempercepat ayunan pinggulnya, hingga membuat Anna terpekik-pekik.


“Akkhhh … ooohhhh …. adddduuhhh … yaaahhh terusss Riiii, yaaa … gitu sayang ….”


Arie kulihat melakukan gerakan maju mundur sambil memasuk-keluarkan dildo ke dalam vagina Anna, mata Arie agak terpejam dan bibirnya digigitnya. Melihat hal itu, aku beringsut-ingsut ke belakang tubuh Arie. Kucondongkan tubuhnya hingga agak rebah di atas tubuh Anna. Anna yang merasakan tubuh Arie kini tepat di atas tubuhnya segera menyambut dengan menyambar bibir Arie. Mereka berciuman dengan ganasnya. Kedua tangan Arie bertumpu pada kasur, sedangkan kedua tangan Anna yang bebas meremas-remas kedua payudara Arie hingga kini Arie turut mendesah bercampur desahan Anna. Kuelus-elus pantat Arie dan kuraba ke arah depan, mencari klitorisnya dari belakang. Kurasakan kelembaban telah terjadi di vagina dan klitorisnya. Tanpa menunggu lagi, kuarahkan penisku dari belakang ke vagina Arie. Dasar sudah basah, vagina tersebut tanpa kesulitan telah dimasuki penisku dengan mudahnya. Arie merintih, “Ooookkhhh …. aaahhh….. terus Guuusss…. yahhh …. ayoo sayang …..”


Kupegangi kedua bongkahan pantat Arie sambil menghunjamkan penisku sedalam-dalamnya hingga kepalanya terdongak, “Akkkhhhh …. nikmatnya …..!” rintihnya dengan suara lirih.


Anna semakin kuat merintih pertanda tak lama lagi ia akan mendaki puncak kenikmatan kembali. Arie mempercepat gerakannya demi melihat reaksi Anna yang semakin menghebat. Anna tidak hanya meremas payudara Arie, tetapi kini menciumi dan menyedot putingnya. Beberapa kali Arie memundur-majukan pantatnya agak lambat, tetapi tekanannya semakin dalam memasuki vagina Anna dan dengan suatu hentakan kuat, ia masukkan dildonya sedalam-dalamnya hingga Anna mem*kik hebat sambil menjepit pinggul Arie dengan kedua pahanya.


“Aahhhhh …. sshshhhhh …. oooouggghhh … aaaakkkkkhhhhhh.”


Arie masih terus menghunjamkan dildonya beberapa kali hingga kembali Anna menjerit, “Riii ….. udah sayang …. aku udah dapett …. ooougghhh … ngilu nich!”


Arie mencabut dildonya, sehingga gerakannya membuatku terdorong ke belakang.


“Ntar Gus, kita cari sasaran berikutnya,” katanya sambil bergerak mengarah ke tubuh Henny yang sudah membuka mata. Dengan suatu gerakan cepat, Arie menarik kedua kaki Henny dan membalikkan tubuh Henny hingga menelungkup. Henny sempat protes, “Gue mau diapain nich, sabar dong Ri, pelan-pelan ….”


Arie membentangkan kedua belah paha Henny hingga membuka lebar dengan posisi menelungkup. Lalu Arie menundukkan kepala menciumi pantat Henny. Lidahnya turut bekerja mencari lubang anal Henny. Kuperhatikan mereka berdua sambil mengurut-urut penisku yang melembek kembali setelah bertugas menusuk vagina Arie tadi. Anna kulihat terbaring dengan mata setengah terpicing. Aku tahu ia tidak tidur tetapi memperhatikan kami bertiga, menantikan aksi kami berikutnya. Beberapa kali Arie menorehkan air ludah dari mulutnya ke vagina Henny yang kupikir belum begitu basah. Aku tahu Arie sudah tidak sabaran ingin segera menusuk vagina Henny sebab ia sendiri belum orgasme. Aku mendekati mereka dan menciumi pundak dan bibir Henny serta meremas-remas payudaranya yang tertekan oleh tubuhnya, hingga membuatnya mendesah dan merintih. Arie tersenyum melihat aksiku membantunya menghantar temannya ke gerbang kenikmatan.


Tak lama kemudian Arie meminta Anna menggeser tubuhnya agak ke samping dan membaringkan tubuhnya terlentang di samping Henny, hingga Arie berada tepat di sebelah kiri Henny. Lalu ia menarik lengan Henny sedemikian rupa hingga tubuh Henny tertarik ke arahnya dan menimpa dirinya. Kini Arie dalam posisi terlentang tepat ditindih oleh tubuh Henny yang menelungkup di atasnya. Tangan Arie meraba dildo yang ia kenakan dan digerakkannya mendekati vagina Henny. Henny yang sudah semakin terangsang tidak menolak dan membantu gerakan Arie dengan semakin mendekatkan vaginanya hingga tepat berada di depan dildo Arie. Pelan-pelan dildo tersebut masuk ke dalam vagina Henny hingga membuat Henny mendesah. “Ahhh …. oooohhhh …. ssshhhhh …. enak Riiii…. terusin sayang ……”



Arie memberi tanda kepadaku agar menuju ke belakang tubuh Henny. Aku paham maksudnya dan segera menggeser tubuhku menempatkan diri persis di belakang Henny. Kedua lututku bertumpu tepat mengangkangi kedua paha Henny yang menjepit kedua paha Arie, lalu dengan telapak tanganku kutadahkan air ludahku yang kuusap-usapkan pada penisku hingga basah, sedikit air ludah kutaruh pada lubang anal Henny sambil mengelus-elusnya membuat geliat Henny semakin tak menentu diiringi rintihannya. Kepala penis kuarahkan pada liang analnya. Beberapa kali tusukan sempat gagal, tetapi kemudian penisku mulai memasuki analnya disertai desahan nikmat dari bibir Henny, “Pelan-pelan Guuuussss, sakittt sayang ….”

Kucabut sebentar penisku, lalu kuberi air ludah lagi, kemudian kembali kutusuk analnya perlahan-lahan sambil menggumam, “Masih sakit sayang?”


“Sshhhh …. aaakkhh …. yaaahhh … sekarang udah enak say ….” rintihnya. “Ahhh kalian berdua nakal ….”

Kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku dengan leluasa masuk keluar anal Henny. Mulut Henny sesekali bertemu dengan mulut Arie. Mereka berciuman dengan panas. Tangan Arie sesekali memeluk punggung Henny. Kedua tangan Henny merabai tubuh Arie mulai dari pundak hingga pinggulnya. Aku memegangi kedua bongkah pantat Henny sambil melakukan tusukan demi tusukan. Diserang demikian rupa dari dua arah, membuat Henny tidak mampu bertahan lama, dengan suatu erangan dahsyat ia mencapai orgasme, “Ouuuggghhh ….… aaaakkkkhhh ………..” Melihat ia akan mencapai orgasme, penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke anal Henny sedangkan Arie kulihat agak mengangkat pinggulnya agar dildonya masuk lebih dalam ke vagina Henny.

Anna yang melihat rekannya mencapai orgasme langsung bangkit dan mencium bibir Henny sementara kedua payudara Henny habis dilumat oleh Arie secara bergantian.

Arie yang belum mencapai orgasme segera kuciumi bibirnya sambil menolakkan tubuh Henny agar turun dari atas tubuh Arie. Kedua pahanya kuangkat dan kutaruh kedua kakinya bertumpu pada pundakku. Lalu penisku kutempatkan pada vaginanya setelah membukai pengikat dildo pada pinggangnya. Bulu-bulu vaginanya yang agak lebat tidak menjadi penghalang ketika penisku memasuki liang kenikmatannya. “Ahhhhh, enakkkk Gussss… gila kamu …. bisa mati aku…. penismu luar biasa kuatnya ….” desahnya sambil menggelinjang-gelinjang. Aku hanya tersenyum sambil memegangi kedua belah pahanya dan memperkuat hunjaman penisku pada vaginanya. Sesekali jari-jariku kuarahkan mencari klitorisnya dan memberikan gesekan-gesekan mesra. Ia semakin kuat meracau, “Guuussss….. enakkkkkk gilaaaaa ……. Adddduhhh Mama, beta bisa mati?” rintihnya dengan dialek Ambon. Dasar tenaganya pun cukup kuat, secara tiba-tiba ia menolakkan tubuhku hingga kini ia berada di atasku. Dengan posisi di atasku, ia menaik-turunkan tubuhnya bak penunggang kuda sedang memacu kudanya. Henny dan Anna menatap kami berdua sambil tersenyum dan saling berciuman. Lalu dildo yang tadi dipakai Arie, diambil oleh Henny dan kini ia arahkan pada anal Arie.


“Sekarang terimalah pembalasanku …” bisik Henny sambil memasukkan dildo tersebut.


Arie tidak bisa mengelak dari pembalasan temannya dan bahkan semakin memperkuat goyangan tubuhnya. Sekali-sekali ia menggoyangkan tubuhnya ke kanan kiri hingga penisku serasa dibetot di dalam vaginanya. Lain kali ia gerakkan tubuhnya naik turun atau maju mundur, sehingga kurasakan sensasi luar biasa pada penisku.



“Kita kerjai mereka berdua Hen,” kudengar Anna berkata sambil berdiri dan mengambil dildo yang lain, warnanya sempat kulihat, ungu dengan bentuk sedemikian rupa sehingga urat-urat pada batangnya tampak menonjol. Anna mengambil minyak dari dalam laci dan dilumurinya dildo tadi lalu naik kembali ke atas ranjang, tetapi berbeda dengan Henny, ia kini mengarahkan dildo yang ia pegang ke liang analku. Tak lama kemudian kurasakan dildo tersebut memasuki liang analku. Mula-mula terasa agak sakit, sebab lebih besar daripada yang dipakai oleh Arie, tetapi karena pelumas yang sudah dilumuri pada dildo tersebut, maka dildo itu berhasil melesak masuk ke dalam analku. Anna memasukkan masih sedikit ke dalam analku, tetapi begitu ia melihat Arie semakin kuat menggerakkan pinggulnya akibat hunjaman penisku dan dildo yang dipegang Henny masuk-keluar analnya, ia terangsang untuk memasukkan dildo ke dalam analku semakin dalam. Rasa panas akibat masuknya dildo itu ke dalam analku tidak kupedulikan lagi, sebab sudah dikuasai oleh rasa nikmat yang tak lama lagi akan melanda diriku. “Rii, aku hampir dapat sayang …. aaaakhhh …” erangku sambil menggeliat-geliat di bawah tubuh Arie.



“Ya sayang, kita bareng ya …. Ganas betul dua orang ini mengerjai kita…. ooohhh nikmatnya …..… ” desah Arie sambil menghentakkan tubuhnya lebih kuat lagi dan dengan satu hantaman kuat vaginanya menancap dalam-dalam menelan seluruh penisku hingga kurasakan testisku agak sakit tertekan oleh kedua belah pahanya. “Aaaahhhhh ….. ooooooouuggghhh …. ssshhhh ….. uuuuuhhhh …..” jeritnya sambil melepaskan cairan kenikmatan yang kurasa membasahi penisku dalam vaginanya. Merasakan denyutan nikmat meremas-remas penisku, tak kuasa lagi kutahan semprotan spermaku begitu kuat memasuki vagina Arie. Aku mengerang dahsyat dibarengi kenikmatan oleh keluarnya spermaku dan hunjaman dildo yang dipegang Anna pada analku. Kami berdua berpelukan sambil tetap merapatkan badan satu sama lain. Dildo yang dipegang Anna dan Henny masih tetap berada pada tempatnya. Kemudian keduanya bertepuk tangan, “Hebat, hebat, kini kita bisa tentukan siapa pemenang yang paling hebat.” “Plok, plok, plok,” bunyi tepukan tangan mereka. Kuciumi bibir Arie. Arie balas mencium sambil menggigit mesra bibirku. “Kamu hebat Gus, baru kali ini kutemukan lawan yang seimbang. Terima kasih sayang ….” pujinya berbisik di telingaku. Penisku masih sempat mendapatkan ciuman dan lumatan dari lidah dan bibir Anna dan Henny. Setelah itu, mereka menjilati vagina Arie yang basah kuyup oleh spermaku dan cairannya sendiri.


Keringat meleleh membasahi sekujur tubuh kami berdua. Anna mengambil handuk kecil dan disekanya tubuhku dan tubuh Arie. Kami berempat kembali terbaring sambil tersenyum menenangkan nafas yang sempat gemuruh memenuhi dada.


Kulirik ke arah dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 dinihari. Anna merebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang terlentang, sementara Henny yang bertubuh lebih kecil memeluk Arie dalam posisi miring. Kami pun tertidur lelap hingga bangun ketika cahaya matahari mulai terasa memasuki kamar tersebut.

Kamis, 01 Maret 2012

Eks Miss Wales Tetap Foto Bugil Saat Hamil Karena Butuh Uang


LONDON- Seorang Wanita Fotomedel Bugil, Mantan Miss Wales ini bahkan rela berpose bugil meski sedang hamil delapan bulan. Segala cara dilakukan model seksi, Sophia Cahill untuk mendapatkan uang.

Sophia sempat mengejutkan banyak orang ketika tampil bugil dengan perut besarnya di sebuah acara fashion show. Namun kalaitu dia beralasan tetap menjalaninya itu karena butuh uang untuk membiayai hidup. Artis yang kini berusia 28 tahun ini juga mengaku tetap akan tampil seksi di majalah pria dewasa selama mendapatkan uang. Tak peduli meski sedang hamil besar.
Sophia memang hidup sendiri setelah berpisah dari suami dan anaknya yang kini berusia sembilan tahun. Tahun lalu, Sophia hamil lagi dari hasil hubungan dengan pacarnya. Ironisnya, baru pacaran lima bulan, Sophia putus dengan pacarnya dalam kondisi berbadan dua.
"Aku harus bekerja keras sendiri untuk membayar semua tagihan, meski itu benar-benar sulit bagiku melakukannya sendiri," kata Sophia seperti dikutip Dailymail, Jumat (2/3/2012).
Source :  celebrity.okezone.com

Bos Playboy Tak Bergairah Walau Dikelilingi Model Seksi



LOS ANGELES- Saat Hugh Hefner terlihat tak bergairah ketika menggelar pesta, entah karena sedang ada masalah atau  sedang lelah. Bos Majalah Playboy yang berusia 85 tahun tetap terlihat lesu meski sudah dikelilingi puluhan model yang seksi, Kalau gue ni kagak tahan hehehe.
Hefner terlihat memakai piyama berwarna merah yang sering dipakainya sambil duduk di sofa bersama wanita-wanita seksi. Tangan kiri Hefner sebenarnya memegang paha salah satu wanita yang ada di sampingnya da nada tangan wanita disebelah lainnya yang memegang paha dari Hefner. Tapi tetap saja, wajahnya cemberut dan matanya menerawang jauh.
Ekspresi wajah tua Hefner tetap menunjukkan rasa bosan dengan tidak mengajak orang disekitarnya mengobrol. Padahal  wanita disekitarnya asyik larut dalam pesta. Kalau saja disitu adalah anda pasti ceritanya berbeda, ups maaf keceplosan.
Menurut celebrity.okezone.com  mantan tunangan yang meninggalkan Hefner tahun lalu, Crystal Harris terlihat datang. Tapi, mereka hanya bertegur sapa saja tanpa banyak berbicara. Demikian dikutip Daily Mail, Kamis (1/3/2012).
Source : celebrity.okezone.com

Dewi Rezer Hamil dan Ketagihan Dipijat Suami



JAKARTA- seperti diberitakan di situs celebrity.okezone.com, Dewi Rezer sejak dia hamil dua bulan ini merasakan perbedaan terutama dalam berat badannya yang semakin bertambah. Demi menjaga stamina selama masa kehamilan, dia tetap berolahraga.

"Naiknya cepat, baru tujuh minggu berat aku sudah naik 2 Kg. Namanya juga hamil, saya tetap olahraga tapi enggak mau keras olahraga, yang penting makan sehat saja," ucap Dewi ditemui di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (1/3/2012).
Dewi jadi sering dimanjakan suaminya Marcellino Lefrandt, Dewi mengaku kalau dia dimanja sejak dia hamil lagi. Marcell menjadi lebih perhatian dengan Dewi seperti sering memberi pijatan.
"Dia sekarang rajin pijitin kaki saya. Sediain makan, tiap hari juga begitu, tapi tiap hari makin sweet, dia lebih hati-hati ya," tegasnya, sambil tersenyum.
Namun, tidak seperti ibu hamil lainnya, di kehamilannya yang kedua ini Dewi tidak merasakan mengidam. Baginya, sebelum hamilpun dirinya selalu ngidam sesuatu.
"Ngidam sih enggak ada ya, hamil enggak hamil tiap hari tetap ngidam, hehe" candanya dengan tertawa.
Source: celebrity.okezone.com

RATIH [2] UNTUKMU IBU


<<=== ...Cerita Sebelumnya
Setelah ia pergi aku memakai bajuku lagi dan meneruskan menyetrika. Setelah itu aku pergi ke pasar untuk berbelanja seperti biasanya terus kembali ke rumah untuk memasak belanjaan itu. Makanan untuk hidangan sorepun jadi lalu aku membersihkan debu di ruang tamu dengan fakum cleaner, “kring… kring…” suara bunyi telepon. Aku mematikan alatnya dan mengangkat telpon “Hallo, ini rumah pak Agung Sasminto ada yang bias dibantu” ucapku dengan sopan “hallo, ini Agus tih. Apa kamu tidak mematuhiku ?, hari ini kamu ga usah kerja” katanya dan akupun tersenyum sendiri “ya tapi aku sudah menyiapkan makanan untuk bapak” kataku “Wah, ok aku akan segera pulang setelah menyelesaikan pekerjaanku. Tunggu ya Ratih” katanya berbisik ditelepon. Aku merasa senang sekali, bahkan ga nyangka majikanku menyukai gadis sepertiku, tinggi badanku saja terlampau jauh tapi postur tubuhku yang menarik mungkin. Aku segera mandi dan memakai pakaian yang terbaik milikku saat sma dulu rok merah panjang dengan atasan korset merah. Pakaian yang kupakai saat wisuda SMA dulu.


Kring… kring… suara telpon lagi, aku mengangkatnya “bapak tak usah terburu-buru, aku masih belum siap pak” kataku “maaf mbak apa anda yang bernama Ratih ?” kata orang yang tak kukenal “ya benar, saya sendiri, ada apa pak ?” kataku sambil menyesal atas perkataanku tadi “saya pak Min tetanggamu, sekarang ibu Yanti sedang sakit. Kata dokter dia terkena serangan jantung saat berada di pasar tadi pagi” aku tak berfikir panjang aku bergegas menutup telponnya aku menangis dan bersiap-siap untuk pulang, dipikiranku saat itu hanya untuk menemui ibuku saja.
Aku belum ganti baju bahkan sampai aku naik bus kota dan menuju ke terminal lalu menaiki bus antar kota menuju ke kota asalku yaitu kota Batu. Aku sampai dirumah dimalam hari itu, aku mengunjungi rumahku dulu disana aku melihat pak Min dan menghampirinya “pak Min ibuku ada dimana ?” tanyaku sambil tergesa-gesa.  “Ratih ini kamu, oh ibumu ada dirumah sakit sekarang ayo kesana” jawabnya sambil bergegas mengambil motornya dan memboncengku.
Di rumah sakit di kamar duabelas aku melihat ibuku berbaring dan merintih kesakitan, aku menangis dan ingin masuk ke ruangan ibu. “maaf siapa keluarga ibu Yanti ?” kata dokter yang baru saja datang “ya, saya dok” kataku “silahkan ikuti saya” kata dokter sambil memberi jalan dan saya diajak keruangannya kebetulan dokter itu teman SD ku dulu “namamu Pendik ya dok ?” kataku sok kenal “oh kamu Ratih, sampai aku lupa, ah begini Ratih ibumu sekarang mengidap penyakit jantung coroner yang sudah parah. Kalau tidak segera dioperasi mungkin sulit untuk menyelamatkannya” katanya sambil memandangku dengan ramah, aku berfikir terserah dokter saja yang penting ibuku sembuh “trus aku harus bayar berapa dok” kataku sambil melihat wajahnya penuh permohonan. “jangan bilang dok Tih panggil saja aku Pendik, aku ini temanmu, ok ibumu sudah mendapat perawatan dan ditambah biaya operasi jadi totalnya adalah lima belas juta” aku kaget dan bingung padahal aku cuma punya uang dua juta ditambah tabunganku selama ini delapan juta, ini masih kurang. “dok bisakah saya bayar sepuluh juta dulu nanti setelah operasi saya lunasi kekurangannya” kataku dengan tegas. “Tidak apa-apa Ratih, yang penting setelah operasi kamu segera melunasinya” aku berfikir sejenak “baik dokter, aku akan membayarnya sekarang, dan aku akan mengambil sisanya. Tolong jaga ibuku dengan baik ya dok” kataku sambil berdiri “tentu Ratih” kata dokter dengan memandangiku terus.
Aku bergegas membayar sepuluh jutanya dan pergi naik bus kembali ke rumah pak Agung. Aku tidur di bus dan sampai disana sudah pagi petang, aku membuka rumahnya dan mencari pak Agung untuk minta bantuannya. Disini tak ada seorangpun, aku bingung harus mencarinya dimana, aku menelpon kantornya dan disana ia juga tak ada,  aku juga menelpon rumah orang tuanya dan rumah mertuanya disana juga tidak ada. Aku takut kebingungan siapa yang harus kumintai tolong. Aku tak tahu lagi, semua temanku aku tak tahu mereka dimana dan aku juga tak memiliki nomer hp-nya, hpku sudah kujual saat aku sma dulu. Aku menangis sendirian aku berharap pak Agung segera datang dan aku bisa meminta bantuannya. Aku menunggunnya sampai siang hari tapi dia tetap tidak datang juga.
Akhirnya aku punya ide, bagaimana kalau aku pinjam kepada dokter dulu. Diakan temanku juga pasti dia mau, aku hanya ingin ibuku sembuh itu saja. Aku mandi dang anti baju berangkat kembali kerumah sakit lagi, saat sore hari setibanya disana aku bertemu dengan Pendik dokter itu “dok boleh bicara sebentar saja ?” kataku dengan halus “ya, ada apa Ratih” katanya “bisakah aku pinjam uang lima juta buat membayar kekurangannya dok ?” kataku dengan halus “ok boleh, tapi ada syaratnya “ katanya berbisik kepadaku aku curiga “syarat… syarat apa dok ?” kataku dengan penuh curiga “maukah kamu makan malam bersamaku hari ini, biar suster yang menjaga ibumu” katanya dengan lembut “baik, kalau hanya itu aku mau dok” tanpa ragu dia mengambil mobilnya dan membawaku ke tempat terpencil, aku tambah curiga disana aku melihat ada villa. Disitu sepertinya tidak ada orang selain kami “dok ini tempat apa dok ?” tanyaku dengan jantung berdetak kencang. “tenang Ratih ini tempat yang kita tuju, ayo turun !” aku langsung turun dari mobil dan berlari kearah terbalik, aku takut kalau ada apa-apa denganku. Tapi dia bisa mengejarku dia memelukku tapi aku tak tinggal diam aku melawannya,  ala hasil aku tetap perempuan yang lemah dan tak sanggup melawannya. Dia mengangkatku dan membawaku sampai kedalam villa dia meletakkanku di kamar. Aku sudah lelah memukulinya tapi dia sama sekali tak kesakitan.
Lalu dia mengunci semua pintu divilla itu dan dia datang kepadaku kamar itupun dikuncinya dari dalam, dia melepas bajunya dan aku tahu apa maksudnya. Aku tak tinggal diam aku berteriak sangat keras “tolong… tolong…” tapi tidak ada orang lain yang mendengarnya “percuma Ratih, disini hanya ada kita berdua. Jangan malu kamu pasti juga mau kan” katanya sambil tersenyum menatapku. Entah bagaimana saat aku menatapnya dia sudah tak mengenakan pakaian, aku melihat miliknya yang sudah tegak, “dok jangan lakukan ini dok, tolong dok” kataku ketakutan. Dia tak bicara apapun langsung menyergapku, aku melawannya. Dia sudah memegang tanganku dan dia sudah menyiapkan tali untuk menali tangan kiriku di ujung kiri ranjang dan tangan kananku diujung kanan ranjang. Aku sudah berusaha keras untuk melepasnya tapi tidak bisa, dan sekarang kakiku yang diikat di kedua tempat yang berbeda lainnya. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, aku menangis “dokter biadap, tak bermoral, dasar anjing” kataku sambil memelototinya saat dia berdiri memperlihatkan keperkasaannya. Dokter itu menjilati ujung rambut sampai ujung kakiku, aku tak bisa menghindar. Dia memaksaku untuk menciumnya sampai bibirku basah terkena lidahnya. Aku tak tahu bagaiman caranya tapi leherku tiba-tiba ada cupang. Dia benar-benar membuatku tidak berdaya, menjilati payudaraku yang masih terlindungi baju yang kupakai. Aku merasa dokter ini tahu bagaimana memuaskan wanita seperti aku ini. Tiba-tiba dia berhenti dan aku melihatnya dia tersenyum sambil membawa pisau, aku berteriah “tolong… tolong…” aku takut kalau aku akan dibunuhnya. Dia menggunting bajuku mulai dari tengah, tali BH-kupun tergunting, aku merasa bingung dan menagis terus menerus sambil memalingkan wajahku. Dia menggunting semua pakaian yang kupakai. Padahal itu adalah bajuku yang biasa kupakai untuk bepergian, setelah semuanya tergunting aku merasa malu ingin menutup pertahanan terakhirku itupun tidak bisa. Dia kembali menjilatiku kini mulai dari pusarku, aku sangat geli tapi aku tahan. Dia menjilati dengan lembut aku tak tahan dan akupun mendesah “aah… ach…”, aku melihatnya dia tersenyum padaku dan dia melanjutkannya. Aku sudah tak peduli apa yang terjadi aku berhenti menangis dan terus menahan untuk tak mendesah, dia mempluntir ujung payudaraku dan meremas-remas payudaraku yang montok ini serta menjilati organ kemaluanku, aku tetap menahannya tapi sudah terlanjur aku tak bisa menahanya lagi terus menerus aku mendesah. Dokter bejat itu tiba-tiba meletakkan senjatanya yang sudah berdiri ke wajahku, aku tak mengerti apa yang dia mau. Dia menjambak rambutku dan memaksa senjatanya dimasukkan ke mulutku, aku tak bisa apa-apa selain menangis mulutku juga tak bisa ku gerakkan, aku sudah lelah sampai sulit bernafas. Dan dia menghentikannya tapi setelah itu dia menyerang pertahanku yang terakhir, dan aku merasa ada sesuatu yang masuk ke tubuhku. Aku melihat ke bawah dan ternyata banyak darah yang keluar dari situ, aku terkejut dan tak ingat apa-apa.
Hari sudah pagi aku bangun, dan ingat apa yang semalam dokter bejat itu lakukan padaku. Aku menangis tak bisa menahannya. Tiba-tiba dia datang membawakan segelas jus kepadaku “aku akan bertanggungjawab Ratih” katanya dengan sopan “aku mengambil gelasnya dan kulempar dikepalanya sampai kepalanya berdarah. “tak apa-apa Ratih aku pantas menerimanya, bajumu ada di meja itu aku akan kebawah” katanya dengan meringis kesakitan. Aku berhenti menangis dan memakai baju itu langsung kebawah.
“Pendik ayo kembali kerumah sakit, kamu harus menepati janjimu” kataku sambil menghapus air mataku. Lalu kamipun berangkat kerumah sakit, dia tak berbicara sepatah katapun aku entahlah walaupun dia mengajakku bicara aku juga tak akan mau meladeninya. Setelah sampai di rumah sakit aku bergegas kmenuju ruangan ibuku dirawat, disana ibu sudah sadar setelah operasi dilangsungkan. Aku tak mengerti kata suster kemaren dokter Pendik sudah mengoperasinya, dan juga sudah membayar kekurangannya. Aku berfikir Pendik sudah melunasinya sebelum dia melakukan hal itu kepadaku, aku tak mau tahu lagi mengenai Pendik.
Keesokan harinya “Tih… Ratih bangun nak, ayo kita pulang kerumah !” kata ibuku sambil membangunkanku. “tih kata dokter Pendik tadi ibu sudah boleh kembali kerumah hari ini” kata ibu dan saat mendengar ada nama dokter Pendik disebut aku langsung sadar “bisakah kita pergi sekarang juga bu ?” kataku memaksa “ya ayo kita pulang nak, kamu sudah lama tak pulang ibu merindukanmu tih. Nanti setelah pulang tak masakkan rawon kesukaanmu” kata ibu tersenyum bahagia “ayo bu. Setelah berada dirumah aku kembali tidur lagi, tak memikirkan hal lainnya.

Catatan : cerita ini hanya fiksi tak ada dalam kehidupan sebenarnya, silahkan melihat aksi Ratna berikutnya di "RATNA [3] AGUNGKU SAYANG"