Kamis, 31 Januari 2013

Cerita Seks | Aku terlelap dalam permainan SeksMu

Cerita Seks | Aku terlelap dalam permainan SeksMu - buntet

Cerita Seks | Aku terlelap dalam permainan SeksMu - buntet - Namaku Nina, saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saat kejadian itu menimpaku, aku sedang duduk di semester dua. Sebenarnya seluruh keluargaku tinggal di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku harus kuliah di luar kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk melanjutkan studi di kota tersebut.

Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.

Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya, sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional, pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang, apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis tercantik di tempat kuliahku.

Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari tempat kerja. Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri.

Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi, sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang ada sudah disetorkan ke pemiliknya.

Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu

"Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?" tanya Lenny.
"Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus" ujarku dengan nada lemas.
"Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?" tambahku sambil melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran.
"Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai.." ujar Lenny dengan nada menyesal.
"Thanks banget untuk usaha lu Len." ujarku sambil mengajaknya pulang.

Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..

"Nin.., Temenin kita main dong..!" serunya.
"Kita taruhan. Berani nggak?" tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.

"Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!" seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku.
"Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?" seru salah seorang dari mereka.

Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club tersebut.

"Brengsek! Nggak mau..!" ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku menahan pundakku.
"Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!" ujar manajerku berusaha membujuk.
"Tapi Pak..!" jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut.
"Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula nggak enak menolak tamu-tamu bos.." ujarnya sambil terus membujukku.
"Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?" tanyaku kepada mereka.
"Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan berbuat macam macam..!" seru orang yang berada paling dekat denganku.
"Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!" jawabku memastikan perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku.
"Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!" serunya dengan nada marah.
"Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?" ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan.
"Tapi Nin?" ujar Lenny dengan wajah ketakutan.
"Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut.." sanggahku sambil tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di sofa tersebut.

Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali, membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati, dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah melihat keadaanku.

Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam, membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu, tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu, akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak melotot saat memandang tubuh telanjangku.

"Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!" seruku memelas sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu.
"Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru permainannya selesai..!" protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa menuruti kemauannya.
"Buka.. Buka..!" sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku.
"Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!" jeritku sambil meraih pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari atas.
"Lepaskan..!" teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya sambil terus menangis.
"Pak dicky..! Tolong saya Pak..!" jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.

Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Rupanya saat itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.

"Jangan.. Ouh..!!" jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku.
"Jangan keluar di dalam, Pak..!" gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku.
"Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!" ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku.
"Ouh.. Hh..!" desahku lirih.

Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat, membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.

Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.

"Ouh.. Shh. Ah." desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.

Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul keluar.

"Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!" jeritnya keras sambil berusaha meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny.
"Jangan..! Toloong..!" jerit Lenny makin keras sambil menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi tubuh bagian bawahnya dengan buas.
"Hentikann..! Hentikan.!" teriak Lenny putus asa sambil menangis sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah, mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap tubuh Lenny dari belakang.

Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya, sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny. Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke sela-sela bibir kemaluan temanku itu.

Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.

"Ough..! Jangaan..!" jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.

Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!" jerit Lenny dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.

Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar, begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai akhirnya tubuhku menegang dengan keras.

"Ohh..!" aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.

"Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!" jeritku putus asa saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.

Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang penisnya.

Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh. Kulihat di depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku, setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut paksa pada malam itu. Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan pulang.

Cerita Seks | Ngesex Dalam Distro


yang satu ini bisa dibilang lucu dan menggemaskan. Gimana tidak, distro tempatnya jualan baju saja bisa dibuat ajang seks. Benar-benar gila kan ? simak aja cerita dewasa berikut ini. Sore itu aku dapet reminder dari bb tercinta kalo keponakan tersayang ultah, bingung deh mau kasih kado apa. Lalu aku putusin jalan pake mio pink tercinta. Jogja sekarang sering macet, apalagi kalo abis ujan. Jadi males keluarin mobil, belum lagi kalo kotor. Jadinya santai aja naik motor bisa cepet kemana-mana.

Waktu ganti baju di depan lemari, pikiran nana jadi iseng. “Mmmmmm…. , sambil eksib g ya….”, gitu pikir nana. Akhirnya nana putuskan buat melakukan hoby nana ini

Langkah pertama pilih baju. He.he.he…… mmmm….. berhubung dingin g berani jalan kalo G pake CD or BRA… bisa masuk angin nanti…., Akhirnya nana pilih bra item sama cd item. Buat atasanya nana pake langsung jaket dari wool. Hi.hi.hi jadi kan kayak lubang2 gitu. apalagi kalo dilihat dari dekat. Apalagi warnanya pink mendekati putih jadilah bra nana membayang disana. Buat bawahanya pake rok jeans. G terlalu mini c, tapi dah diatas lutut.

Di jalan nana melirik spion motor kok ngerasa ada yang ngikutin nana. Nana cuek aja…. dia kayaknya mahasiswa gitu dari dandananya. Setiap lampu merah dia pasti berhenti di samping nana, tapi rada ke belakang. Kulirik… wah… nampaknya dia terpancing liat tetek nana. “Kena lo…. !”, pikir nana. Sengaja nana tengok dia dan senyum genit sambil nunduk liat tetek nana sendiri yang sengaja nana busungkan. Dasar cowok, dimana-mana “dari mata turun ke tetek”.

Akhirnya setelah puas puter-puter nana mampir ke distro pakaian ABG punya temen nana. Setelah parkir motor nana masuk. Ternyata temen nana lagi ke badung beli stock distro. Yang tunggu toko adiknya… Mmmmm…. lumayan cakep nie cowok, nana kerjain ah…

“Eh adit… Herma(nama temenku) mana ?”, tanyaku. “Lagi ke bandung c.. cari dagangan, Cc cari apa ?”, tanya dia balik. Nampaknya dia belum sadar kalo aku pake baju seksi. Akupun mendekati meja kasir dan membungkuk bertumpu pada tanganku yang dimeja. “Gini… ponakanku ultah aku mau cari baju cewek yang abg gitu, seksi, girly gitu deh….”, senyumku menggoda. Nampaknya adit mulai salah tingkah disuguhi tetek yang menantang untuk diremas. “Kenapa dit kok tegang gitu…”, tanyaku menambah dia salah tingkah. “gggg…. g papa c…”, pilih aja nanti adit kasih diskon.

Akupun menuju display baju buat pilih-pilih. Setelah ada yang cocok aku bilang ke adit yang sedari tadi mengamati lekuk tubuhku. Aku berniat mencoba baju ini karena postur keponakanku g jauh dari aku.

“Dit aku boleh coba bajunya g ?”, tanyaku yang membuat adit kaget. “Bbbboleh ci….”, jawabnya. Akupun menuju kamar pas yang cuma merupakan ujung ruangan yang ada tirainya.

Sengaja aku g tutp tirai dengan sempurna, jadi dari meja kasir adit bisa menatapku. bahkan tak hanya dari belakang, badanku dari depan pun nampak dari pantulan cermin. Aku cuek saja….

“Dit……..”, aku memangilnya. “Mmmmmm… tolong lepasin kancing Bra ku dunk yang belakang”, godaku. Diapun menuju kamar pas dan langsung menyetuh punggungku. “Kok dilepas c ? “, tanyanya polos. ” Aku mau coba bajunya biar keliatan natural”, Jawabku. Ketika telapak tanganya menyentuh punggungku terasa dingin banget. Takut, terangsang, horny, g tau mesti ngapain… mungkin itu yang dipikiranya.

Adit g beranjak pergi meskipun dah selesai membantuku melepas bra. Akupun sengaja g menyuruhnya pergi. Aku mencopot braku dan sengaja meremas-remas kecil tetekku. Ahhhhh…. aku sedikit mendesah. Kulirik adit nampak sangat ngos.ngosan…. nafasnya memburu penuh nafsu. Mungkin dia sudah pengen ngent*tin aku tapi takut.

Akupun memakai pakaian yang tadi kupilih agak sempit… adit pun membantuku memakainya… sesekali mecuri-curi meraba tetekku…. mmmmm…. akupun sedikit bereaksi membuatnya tambah horny…

“Cc g malu ?”, tanyanya polos. “G lah… adit ini bukan siapa2, lagian kan dah sering liat kakak pake bikini waktu renang ditempatmu kan”, jawabku santai.

“Dit kamu horny ya ?”, tanyaku polos dengan muka menggoda. “Iiiya nih….”, jawabnya…

“Ya dah kalo mau ngocok…., g papa… kok aku “,kataku…

Adit pun mengelurakan tongkolnya yang lumayan.. dan mulai mengocok tongkolnya. Akupun mulai merasa horny dan meraba tetek dan memiawku sendiri. Ahhhh…. gila…. tongkolnya kuat bgt kayaknya. Akupun merasa kasian melihatnya g keluar-keluar. Akupun menaikkan baju yang aku pakai sampai tetekku keliatan. Dia mulai tambah bergairah. Matanya mengisyaratkan minta ijin untuk meremas tetekku. Akupun mengangguk saja.

Dia mulai meremas kasar tetetkku… Akupun bersandar sambil meraba memiawku sendiri dan. aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh………………. aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh………………. aaaaaaaaaaaacccccccchhhhhh……………… akupun keluar….. g lama kemudian tongkol adit menyemprotkan cairan dan mengenai kakiku.

Dia tersungkur lemas. “Makasih c…..”, ucapnya terbata. Akupun hanya bisa menggangguk. Kami baru sadar ternyata pintu distro g terkunci. Coba kalo ada orang masuk kan gawat. Setelah bayar akupun pulang. Aku sengaja meninggalkan CD ku yang basah cairanku untuknya. Dan berjanji suatu saat adit boleh liat memiawku

Cerita Seks | Aku Hisap Sperma Dalam Kondom Om Bonny

Cerita Seks | Aku Hisap Sperma Dalam Kondom Om Bonny | Topik Terbaru

Cerita Seks | Aku Hisap Sperma Dalam Kondom Om Bonny | Topik Terbaru - Nafsu birahiku demikian mendorong aku untuk selekasnya bisa menikmati apa yang ditinggalkan Oom Bonny pada kondomnya. Aku langsung bergegas menuju kamar tidur majikanku. Kuaduk-aduk keranjang sampah plastik di kamarnya. Kudapatkan tisue bekas, ada kertas-kertas buangan, ada beberapa serpihan plastik bekas makanan dan lainnya yang tidak punya arti bagiku. Aku tidak mendapatkan kondom-kondom bekas dalam keranjang plastik itu. Aku tinggal punya satu kesempatan.

Aku bergegas ke halaman depan rumah. Seperti pemulung aku mengorek-orek bak sampah yang berada di depan rumah itu. Dan, aahh.. tuh.. ada bingkisan plastik kecil bergaris dengan warna kebiruan. Bukankah itu yang tadi pagi dilemparkan Tante Indri dari jendelanya?! Mudah-mudahan kudapatkan apa yang kucari.

Dengan kedua jariku kusepit bingkisan kecil itu. Aku khawatir ada orang lain yang melihat aku saat mengambil kembali bingkisan itu. Kuamati sesaat dan.. Yah, sebaiknya cepat kubawa masuk ke rumah. Hatiku berdesir saat jariku sempat merabai bingkisan itu. Aku rasakan ada yang lunak dan licin. Aku tak sabar. Dengan lekas aku urai ikatannya. Aku tengok isinya. Wwoowww.. Aku melihatnya. Aku temukan bukan hanya satu. Aku temukan beberapa benda semacam balon karet mainan anak dengan ring-ring karet yang melingkar disamping beberapa remasan kertas tissue.

Aku belum pernah melihat kondom, tetapi aku tahu yang dimaksud. Aku sudah sering melihat gambarnya dalam iklan-iklan. Aku yakin inilah kondom bekas yang dipakai majikanku. Aku yakin air mani yang lendir dari kontol Oom Bonny ada dalam kondom-kondom itu. Wwoocchh.. Aku tak kuasa menahan gejolak nafsuku. Aku nanar memandang isi bingkisan di tanganku itu.

Kini aku mencoba merabai kondom-kondom itu. Aku masukkan jari-jariku untuk menjepit keluar satu kondom yang bisa kuraih. Nampak basah dan mestinya 'menjijikkan', tetapi sangat mempesona mataku. Rasanya aku tak ingin melepaskan pandanganku pada apa yang kini dalam jepitan tanganku.

Aku dekatkan kondom itu ke mukaku. Aku ingin membaui-nya. Terbersit rasa amis putih telor. Aku bergerak ke dapur. Ku ambil piring kecil tatakan cangkir teh dari tumpukkan piring bersih lainnya. Kutaruh kondom itu di atasnya. Kemudian kukeluarkan yang lain. Semuanya ada 5 kondom. Uuhh.. Bukan main. Adakah Oom Bonny telah berhubungan badan dengan Tante sebanyak 5 kali semalaman?

Setelah kutaruh bingkisan bekas kondom ke lantai, aku memberikan perhatian sepenuhnya ke piring tatakan cangkir teh itu. Ada 5 kondom terkulai di atasnya. Kondom-kondom itu berwarna putih transparan sehingga isinya nampak membayang. Nampak ada lendir yang meleleh bening ketatakan. Aku berhitung bahwa tadi malam Oom Bonny menggauli Tante Indri hingga 5 kali. Bukan main. Mungkin karena mereka itu pasangan muda yang selalu sangat bergairah untuk berasyik masyuk. Dan itu artinya 5 kondom yang ada di depanku kini berisi 5 kali air mani Oom Bonny yany muncrat dan tumpah di dalamnya. Tanganku melurus-luruskan arah penisku yang ngacengnya semakin bengkak di dalam celanaku.

Aku mendekatkan seluruh wajahku ke piring tatakan itu. Kini baunya terasa makin nyata. Aku pikir ini bau campuran antara cairan birahi yang dikeluarkan dari vagina Tante Indri dengan spermanya Oom Bonny. Tiba-tiba gelora syahwatku menerpa dan menerjang sanubariku. Aku ingin menjilatkan lidahku pada kondom-kondom itu. Aku ingin selekasnya bisa 'nyeruput' sperma yang meleleh itu.

Aku mencoba mengangkat satu dengan tangan kananku. Kuambil pada lingkaran cincinnya agar isinya tidak tercecer. Setelah menggelantung pada peganganku kusaksikan bentuk utuh kondom itu. Makin nyata bentuknya yang mirip balon yang belum tertiup. Mungkin sepanjang 12 atau 13 cm dengan ujung bawah membentuk seperti dot bayi.

Kulihat air mani Oom Bonny ngumpul mengendap nge-gelantung pada dot itu. Oohh.. Aku gemetar. Tangan yang memegang kondom ini bergetar. Aku merinding menahan desir hati ini. Aku sangat haus untuk bisa menjilati atau menumpahkan isi kondom itu ke mulutku. Ampuunn.. Hhh..

Akhirnya seperti ada yang menuntun, tanganku bergerak sedikit ke atas mengikuti wajahku yang juga tertuntun untuk mulai mendongak. Bibirku membuka kecil, menganga kemudian semakin melebar. Aku pengin mulutku me-ngedot-ngedot dulu sebelum kemudian melumati kondom itu dari luarnya. Aku bayangkan lendir-lendir kewanitaan Tante Indri nempel pada dinding luar kondom itu. Aku ingin melarutkannya dalam ludahku.

Aku ingin merasakan cairan amis birahi Tante Indri dalam mulutku. Aku ingin bisa menelan larutannya dan mengaliri tenggorokanku. Aku ingin meminumnya. Aku mencaplok kondom itu. Aku merasakan aroma amis dan rasa asin. Aku melumatinya. Khayalanku mengangkat aku dari bumi. Aku mengambang dalam bayangan seakan Tante Indri sedang menyemprotkan cairan birahinya ke mulutku.

Kucoba melarutkan rasa asin itu sebanyak yang aku bisa. Aku berusaha menelan lumatanku. Berkali-kali kuulangi. Setelah puas kuangkat kembali keluar dari mulutku. Kini tangan kiriku mengambil alih apa yang dipegang tangan kanan. Dan tangan kananku yang sangat bergetar saat meraih ujung dot itu mengangkatnya ke atas sambil pelan-pelan mengarahkan lubang cincin kondom di tangan kiri untuk menumpahkan isinya ke mulutku.

Aku merasakan ada aliran dingin kental meleleh ke mulutku. Aku yakini yang telah meleleh tertumpah masuk ke rongga mulutku adalah sperma Oom Bonny. Hhoocchh.. Apa yang mesti kulakukan.. Hhoohh.. Nikmat macam mana yang kurasakan.. Hhoohh.. Jiwa terbang meretas khayal.. Nikmat yang tak ter-ampunkaann.. Oaachh.. Oocchh..

Aku terbang dalam nikmatnya puncak birahi.. Aku meraih apa yang kuinginkan.., Air mani Oom Bonny telah kukecapi dan kulumat. Air mani Oom Bonny telah larut dalam ludah mulutku.. Amppuunn.. Jangan tanya nikmatnyaa..

Aku telah meracau tak keruan. Akan kukeringkan isi kondom itu. Dengan jempol dan jari kiriku aku menjepit bawah dotnya dan mengurutnya ke bawah. Gumpalan lendir kental yang besar jatuh kemulutku. Aku berkesempatan mengunyah-kunyah sebelum menelannya.

Sesudah kering kondom pertama, kuraih kondom ke dua dan seterusnya. Kulakukan apa yang pernah kulakukan. Gumpalan demi gumpalan sperma Oom Bonny kembali meleleh dalam mulutku, mengaliri tenggorokanku. Aku meminum seluruh sperma Oom Bonny yang ditinggalkan dalam kondom-kondomnya. Untuk meyakinkan bahwa benar-benar seluruhnya, kondom-kondom itu kubalik, basah lengketnya kembali kukenyoti hingga ludas.

Ingin aku untuk melanjutkan nikmat dengan menyelesaikannya melalui ejakulasiku, namun masih banyak cadangan kenikmatan yang akan dan harus kutempuh. Kini aku cenderung menggantung ejakulasiku dan biar kubersihkan dulu meja makan. Aku terdorong ingin merasai kembali bekas bibir dan lidah majikanku pada sisa-sisa sarapan pagi mereka, pada tepian cangkir minum ataupu pada sendok atau garpu yang dilahapnya. Aku bangkit dari kondom-kondom yang masih terserak menuju meja makan.

Dengan setengah telanjang sesudah membuka baju dan menyisakan celana dalamku, aku duduk di kursi dan mulai melahap sisa sarapan majikanku. Khayalanku terbang jauh mengajak lidahku menjilati ludah di bibir Oom Bonny. Aku mencoba untuk menyeruak kerongga mulutnya. Aku mencium aroma mulutnya dari sendok bekas makannya. Saat kudapatkan aku mengelusi dan memijat kemaluan di balik celana dalamku.

Selesai sudah membersihkan sisa sarapan. Pada kesempatan ini aku berusaha untuk tetap tenang. Aku ingin menjemput kenikmatan syahwatiku secara maksimal. Aku akan melewati seluruh acara pokokku sebelum aku menapaki orgasmeku. Aku berdiri membersihkan meja makan dan membawa piring serta perabotan lainnya ke dapur. Kemudian aku melangkah menuju tempat pakaian kotor. Tetapi setelah melihat tumpukkan yang menggunung, aku pikir biarlah aku mencuci nanti saja sesudah hari siang. Aku sudah tak tahan untuk selekasnya menyelesaikan desakkan syahwatku. Kini aku hanya mengaduk pakaian-pakaian itu untuk mencari celana dalam, kutang dan singlet kotor yang bekas pakai majikanku.

Itulah 'keindahan eksotik'-ku. Barang-barang itu kukumpulkan kemudian kuamati satu-satu. Aku merasakan ada 'cinta' pada barang-barang itu. Aku sepertinya sedang menghadapi Tante Indri yang cantik itu. Aku disuruhnya menciumi kakinya. Kemudian dia meludahi mulutku.

Aku disuruhnya melumat celana dalam kotornya. Dan kulakukan. Aku kini menunggu larutnya keringat yang asem dari celana dalamnya untuk larut ke ludahku. Aku telah siap melahapnya. Kemudian Oom Bonny juga menjejalkan celana dalam kotornya ke mulutku pula. Aku mengikatkan celana dalam Tante Indri untuk membekap hidungku.

Kini hasrat syahwatku siap meledak. Aku ingin cari pelabuhan yang nyaman untuk melepaskan birahiku. Pakaian-pakaian kotor kubawa ke ranjang majikanku. Aku cepat rebah ke atasnya. Kuraih bantal atau guling. Aku mengkhayalkan seakan sedang menggauli Tante Indri atau Oom Bonny. Tanganku menjepiti penisku.

Aku mencoba mengayun-ayunkan pinggulku pada bantal itu. Aku hirup dalam-dalam celana dalam Tante Indri yang jadi penutup hidungku. Tanganku semakin cepat mengocok dan mengelusi penisku. Aku mendesah-desah. Aku berguling-guling di kasur itu. Rasanya pandangan mataku mulai nanar. Aku melihat lagit-langit kamar yang berputar-putar dan semakin menjauh. Spermaku semakin mendesak ingin keluar. Aku percepat kocokkanku. Aku ingat kondom di lantai. Cepat kuraih. Tanganku buru-buru memasukkan kondom itu ke penisku. Aku membayangkan mengocoki kontol Oom Bonny. Yyyee.. Aaacchh.. Yaahh.. Yaahh.. Aacchh.. Yyoowwuujj.. Hhh..

Aku tak tahu lagi. Aku terlempar ke awang gelap nikmat. Aku melotot terbuka tetapi tak ada yang kupandang dari mataku. Aku terbang mengawang.. Yang kurasakan kini spermaku yang merembet mendekati pintunya.. Dan aku beteriak.. Aku melolong.. Aku mengaduk kasur.. Tanganku menyobek celana dalam Oom Bonny.. Juga celana dalam Tante Indri.. Kuputuskan tali-tali kutang Tante Indri.. Mulutku berbusa menggigiti kondom bekas itu.. Aku ingin menelan kondom itu.. Hhoocchh..

Aku sedang terperangkap dalam pusaran syahwat yang sangat luar biasa. Semestinya aku pingsan. Ataukah sudah sadar? Aku terbangun. Aku ngompol? Ah.. Kenapa begini banyak cairan lendir keluar dari penisku. Celana dalamku sangat kuyup. Kuperhatikan. Rupanya aku juga terkencing bersamaan dengan ejakulasiku. Mungkinkah? Aku telah mengalaminya. Puncak kenikmatan birahi yang baru kulalui. Puncak semacam itu tak pernah kulalui untuk kedua kalinya. Aku tak pernah mengalaminya lagi.

Berhari-hari sesudahnya, kemudian berminggu-minggu berikutnya, bahkan kemudian berbulan-bulan dan seterusnya, setiap hari aku mengulangi apa yang kulakukan pada hari itu. Entah berapa galon sperma majikanku yang telah kutelan. Entah berapa liter keringat kering di celana dalam ataupun kutang yang larut dalam ludahku. Yang kutemui akhirnya hanyalah kenikmatan rutin.

Pada saat saudaraku yang tempo hari membawaku ke majikanku ini datang menjengukku dengan gembira dia berkomentar,

"Ah, gemuk badanmu kini, No", dia panggil aku Kusno. "Ya, sukurlah, kamu sehat. Banyak senang dan makan vitamin rupanya, ya?",

Yaa.. Begitulah, Mas. Majikanku banyak memberi aku vitamin. Pagi sisa sarapannya, agak siang membersihkan sperma dari kondom-kondomnya, siangnya dapat vitamin C dari asem celana dalam, kutang dan singlet mereka, begitu jawaban dalam hatiku dengan penuh geli.

Pada suatu pagi aku dipanggil Oom Bonny. Dia telah mengurus sekolahku. Aku disuruh memilih, sekolah pagi atau sekolah siang. Kalau aku pilih pagi, aku mesti menyelesaikan tugas rumahku di siang harinya dan sebaliknya. Aku senang sekali tetapi mulutku terdiam. Aku sedang melamunkan berapa galon sperma Oom Bonny di depanku ini telah masuk ke perutku. Aku juga membayangkan bau celana dalamnya, asin keringatnya. Aku tak mau melewatkan kenikmatan-kenikmatan gratis yang selama ini aku dapatkan.

Aku bilang sama Oom Bonny,

"Aku pilih yang siang saja, Oom".

Mulai besok siang aku akan kembali ke sekolah.

Jakarta, Mei 2004

Rabu, 30 Januari 2013

Cerita Dewasa | Aku Buat Percobaan Awal Pacarku

Cerita Dewasa | Aku Buat Percobaan Awal Pacarku | Topik Terbaru

Cerita Dewasa | Aku Buat Percobaan Awal Pacarku | Topik Terbaru  - Ketika itu, aku masih sangat muda, kira-kira 11 tahun-an, panggil saja aku Banon. Ketika itu aku masih kelas 5 SD namun aku mempunyai gairah sex yang tinggi, entah kenapa, entah dari mana datangnya. Pada hari liburan biasanya aku menginap di rumah tanteku, panggil saja namanya Ibu Deden. Dia mempunyai seorang anak perempuan yang cukup cantik, langsing, dan putih! Panggil saja Rita.

Ketika itu, di rumah tanteku sedang tidak ada seorangpun, karena aku sudah ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Aku mulai menjaga sekitar pukul 9 pagi. Ketika itu aku masih belum mengenal sex. Namun aku telah dikhitan (disunat), sehingga aku biasa memainkan penisku itu karena bentuknya, juga aku sering menggesek-gesekkan pada sesuatu, misalnya tembok (karena aku belum tahu bahwa hal itu dapat merusak dan aku belum tahu masturbasi).

Pada pukul 12 siang. Terdengar suara bel dari luar, ternyata anak Tanteku sudah pulang, si Rita.

"Bukain dong pintunya!!" dia berteriak serentak akupun berlari menuju arah pintu itu dan membukakan kunci pintu tersebut.
"Awas awas! mau kencing!".

Ketika itu Rita masih berusia 10 tahun, masih muda bukan? Rita buru buru masuk karena mungkin kebelet ingin ke toilet. Namun ketika sampai di depan toilet, yah.. air kencingnya sudah tidak tertahan lagi sudah membasahi rok dan celana dalamnya.

"Aduh, makanya ati ati dong! Sabar kek!" kataku. Dia hanya diam.
"Gimana dong, Non?" tanyanya.
Aku bilang, "Tenang aja".

Kudekati dia dan melepaskan roknya dan kusuruh dia melepaskan celana dalamnya karena basah terkena air kencing.

"Bersihin dulu 'memem' nya" katanya.

Diapun membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah dubur ke arah vagina, lalu kuhentikan dia.

"Salah! Rita, itu salah!", kataku.
"Memangnya kenapa?" tanyanya.
"Itu bisa membawa kuman dari dubur ke 'memem' jadi nanti memem nya kotor" kataku, maklum waktu itu aku pernah membaca buku milik ibunya yang berisi cara membersihkan diri.
"Jadi gimana?" tanyanya.
"Begini nih. Mau sama Banon atau ama kamu aja?" tanyaku.
"Contohin dulu" jawabnya.

Lalu aku jongkok di belakangnya dan mengambil segayung air oleh tangan kananku dan tangan kiri ku menyentuh kewanitaannya.

"Gini nih" seruku sembari membasuhkan air dan menarik tangan kiriku dari vaginanya menuju duburnya, kulakukan itu 4-5 kali. Lalu ia bangun dan mengeringkannya dengan handuk dan pergi berganti baju.

Mungkin ketika aku cebok kemaluannya, mungkin ia merasa sesuatu, soalnya ketika aku memegang vaginanya ia terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Lalu Rita keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju mengenakan rok pendek dan baju sederhana. Lalu ia pun menghampiriku.

"Non, kalau yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada penyakitnya kan?" tanyanya polos.
"Nggak tahu lah"
"Mau diperiksa?" tanyaku.
"Nggak ah" jawabnya.

Ketika itu suasana begitu boring, "Banon, males mainnya ini ini terus, main yang lain yuk!" tanyanya.
"Main apaan?" jawabku.
"Maen dokter dokteran yuk!" katanya.

Akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada sejenis lampu belajar, namun mempunyai efek apalah namanya, kayak bio energy Lantern (bukan iklan, hanya memperjelas). Saya berpura pura menjadi dokternya dan dia menjadi pasiennya. Ketika itu aku memakai alat itu yang sejenis Bio Energy Lantern. Kusuruh dia berbaring, lalu aku sinari dia dari atas hingga bawah.

"Tidak ada masalah kataku", lalu kusuruh dia berbalik (tengkurap), lalu aku mulai menyinarinya lagi (kayak ngescan gitu lah), lalu aku hentikan dibagian pantatnya.
"Wah!ada masalah!" seruku.
"Apaan, Dok?" tanyanya.
"Kayaknya penyakit barusan ini" jawabku.
"Coba deh Dokter periksa dulu, sembuhin Dok!"jawabnya.

Lalu aku menyuruh dia berbaring lagi dan aku memakaikan selimut hingga lehernya.

"Kita harus operasi" kataku dan dia hanya mengangguk tanda setuju.

Lalu aku mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar selangkangannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu aku mulai memainkan jariku di mulut vaginanya, aku menyentuh bagian seperti biji kecil di bagian atas vaginanya (mungkin ini clitorisnya). Lalu aku mempermainkan biji itu untuk sesaat, aku tekan, usap, pencet, di puter, tampaknya ia kegelian karena hal itu, sehingga selimut yang menutupinya terbuka dan jatuh disisi tempat tidur, sehingga ia dapat melihat aku yang sedang bekerja ini, namun ia tidak melarangnya, bahkan sepertinya ia ingin lagi, karena ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di clitorisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya. Namun hal itu berhasil kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang vaginanya.

"Kenapa Dok?" tanyanya.
"Ah, enggak, ini sakitnya dari dalam kayaknya" kataku.
"Ya sudah Dok, lanjutin" katanya.

Tanpa ragu ragu aku memulai kembali tugasku, aku memainkan bibir vaginanya yang masih muda, masih segar, masih perawan, dan sudah terbawa nafsu, karena kulihat bibirnya merekah dan terlihat seperti basah-basah. Lalu aku masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan, soalnya waktu itu aku masih takut kalau terjadi apa-apa padanya, bisa bisa saya dipecat dari rumah saya. Saat kumasukan jariku, kulihat ia menikmati penetrasi jariku, namun mungkin karena kurang basah, aku tanpa sengaja menyentuh selaput daranya, dengan seketika ia menutup selangkangannya.

"Aduh! sakit! jangan kedaleman!" katanya, aku bertanya dan meminta maaf.

Lalu aku terus melakukan gerakan masuk dan keluar jariku dari vaginanya, dan ia menggelinjang kecil seperti keenakan. Setelah itu dia tergeletak lemas dengan keadaan masih merasakan kenikmatan yang kuberikan ini. Mungkin dia orgasme. Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya menarik kembali tanganku menuju vaginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih bertenaga. Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai selaput daranya, karena aku ingin ia tetap perawan.

Setelah kurang lebih 5 menit kulakukan gerakan itu, tampaknya ia telah orgasme lagi. Saat kucabut jariku, terlihat basah dan ada semacam bau yang masih kurang jelas baunya (mungkin ketika itu dia masih kecil).

Terdengar suara klakson mobil, dengan segera aku melap jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk vaginanya hingga mengenai selaput daranya, namun tidak hingga robek.

"Aduh!Sakit tahu! Kamu ini jail amat!" hentaknnya.
"Itu ortu kamu sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar disangka sudah ngapa-ngapain lagih nih!" perintahku.

Ia pun menurut dan jalan terhuyung-huyung, mungkin karena lemas karena orgasme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Rita. Sesudah itu, Rita tidak pernah bercerita kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya.

Sesudah kejadian itupun, kami masih sering melakukan hal serupa, karena aku tidak berani memasukan penisku ke vaginanya. Jika permainan itu ingin di mulai, biasanya dia yang meminta, atau pun kadang saya yang memintanya, dan dia biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya. Bahkan waktu itu aku puas memainkan vagina cewek, soalnya dia hanya terbaring terdiam dan membiarkan aku bekerja sepuasnya.

Malah pernah kumasukkan benda yang kecil, dan kuambil kembali keluar. Juga pernah di rumah yang masih akan dijual, karena tidak ada siapapun disana, dia mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai acara kami berdua. Seperti biasa aku hanya memainkan jari-jariku di vaginanya, dan mencegah nafsuku membobol vaginanya, karena dia masih perawan. Ketika itu aku masih belum mengetahui tentang menjilat kemaluan cewek, makanya tidak kulakukan hal itu. Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun aku masih mencari pengalaman.

Pernah aku melakukannya di sofa miliknya. Dia berbaring disudut sofa dan aku sudah mengetahui tentang menjilati vagina, dan setelah kupikir-pikir, sebaiknya melakukan hal itu di kamar mandi agar tidak becek ke mana-mana dan mudah membersihkan diri.
Kuajak dia ke kamar mandi, lalu kusuruh dia untuk duduk di kloset. Lalu aku buka celana dan bajunya sehingga dia berada dalam keadaan telanjang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, penisku berereksi dan menonjol di celana pendekku.

Dia hanya bertanya, "Abis ini ngapain Banon?" tanyanya
"Tenang aja, biar saya kerja!" kataku.

Lalu aku berlutut di depannya dan mukaku berada persis di vaginanya. Lalu aku mulai menjilati vaginanya tanpa merasa jijik sedikitpun. Dia pun tampaknya menikmati hal tersebut, lalu aku mulai menjilati terus hingga bibir vaginanya merekah dan aku dapat melihat klitorisnya membesar, walaupun tidak begitu besar, akupun menjilati dan memainkan klitorisnya itu dengan mulutku.

Mengigit gigit kecil klitorisnya, mengulumnya dan menyodok lubangnya dengan lidahku. Kadang dia menggelinjang kenikmatan dan hingga akhirnya dia lemas beberapa kali, mungkin sekitar 4 kali, mungkin karena pengaruh psikis.

Cerita Dewasa Ngentot Suster Cantik Di Apotik 24 Jam


Cerita Dewasa Ngentot Suster Cantik Di Apotik 24 Jam ~ Seperti biasanya akan berbagi kumpulan cerita hanya di blog . akan Berbagi Cerita Ngentot, Cerita ML, Sex Porno dan Cerita Bercinta. Kali ini mengambil topik cerita berjudul "Cerita Ngentot Suster Cantik Di Apotik 24 Jam" yang akan diceritakan Spesial di Idewasa Blog. Cerita Dewasa ini hanyalah imajinasi belaka, Nama, Tempat, dan Foto dibawah ini 100% Fiksi.

Berikut Cerita yang Berjudul "Cerita Ngentot Suster Cantik Di Apotik 24 Jam"

Sudah lebih dari 4 jam Tedi bersama 2 rekannya menunggu didepan pintu kamar UGD (Unit Gawat Darurat) sebuah rumah sakit di kota metropolitan. Rudi teman mereka bersama pacarnya mengalami kecelakaan mobil yang lumayan parah tadi pagi sehingga harus dirawat secara intensif di ruang UGD. Tedi dan 2 rekannya merasa berkewajiban untuk membantu teman karibnya karena pihak keluarga Rudi belum ada satupun yang muncul di rumah sakit. Rudi merupakan anak tunggal dan kedua orang tuanya berada di sebuah negara Eropa Timur sebagai staf kedutaan besar. Sedangkan keluarga-keluarga dekat Rudi masih belum tiba karena tinggal di luar pulau Jawa seperti Pontianak, Tarakan dan Manado. Beruntunglah Rudi memiliki karib seperti Tedi dan 2 rekannya yang lain untuk mengurus keperluannya sewaktu dirawat di UGD.

Seorang perawat keluar dari ruang UGD dan menuju ke arah Tedi sambil membawa sebuah kertas di tangannya. "Mas, ini resep dokter yang harus segera dibelikan obatnya agar teman Mas besok pagi dapat langsung disuntik dengan obat itu.", ungkap perawat tersebut kepada 3 pemuda yang sudah kelihatan lelah.
"Kira-kira di apotik rumah sakit ini obat itu ada nggak, Mbak?", tanya seorang rekan Tedi.

"Kalau ada saya nggak akan minta tolong pada kalian", jawab perawat singkat.

"Yuk, dicari!", ajak Tedi pada 2 temannya.

"Sebentar Mas", cegah perawat itu.

"Kalian yang mempunyai golongan darah sama dengan Rudi sebaiknya tinggal disini, jaga-jaga kalau teman kalian membutuhkan darah lagi dan persedian kami habis", meneruskan keterangannya.
Akhirnya 3 pemuda itu berembuk dan memutuskan agar Tedi saja yang mencari obat dan 2 temannya tetap tinggal.

Tedi mengeluh dalam hati sambil mengendarai mobil, "Cari apotik yang buka jam 1 pagi ini pasti susah, aku nggak seberapa hapal jalan Jakarta lagi".

Setelah berkendaraan selama 10 menit akhirnya dia menemukan sebuah apotik yang masih buka tapi setelah dimasukinya pegawai apotik tersebut menyatakan kalau obat yang dicari Tedi tak ada. Kejadian tersebut berulang sampai 4 kali dengan alasan yang mirip, "obat itu habis", "besok siang baru siap", dan sebagainya. Demi teman yang saat ini tergolek di ranjang UGD, Tedi tak berputus asa meskipun tubuhnya sudah lelah dan ngantuk.

Tanpa berharap banyak Tedi memarkir mobilnya didepan apotik kecil di ujung jalan yang sempit. "Paling-paling nggak ada lagi", pikir Tedy sambil menyerahkan resep obat yang dicarinya kepada pegawai apotik itu, seorang wanita berumur 30-an.

"Silakan tunggu dulu, saya carikan", ucap wanita itu dengan sopan.

Dia mencek dengan komputernya, lalu masuk ke ruangan berdiding kaca transparan yang terlihat penuh laci obat, keluar lagi dan terus masuk ke ruangan tertutup. Wanita itu keluar bersama seorang pria berumur 50-an dengan wajah masih ngantuk.

Sambil mengenakan kaca matanya pria itu berkata pada Tedi, "Dik, obat ini agak langka, menyiapkannya butuh waktu 1 jam dan yang bisa menyiapkan cuma cabang kami yang berada di Depok. Sebaiknya adik langsung aja mendatangi kesana atau kalau adik mau nunggu biar pegawai kami yang ngantar kesini, gimana?".

Langsung dijawab Tedi, "Saya tunggu aja disini, Pak! Capek Pak saya putar-putar carinya! Berapa, Pak?".

Dijawab oleh wanita disebelah pria itu, "Totalnya Rp 536.500,-".

Dalam hati Tedi menggerutu, "Busyet, habis nih sisa gajianku!".

Jam di dinding apotik menunjukkan setengah dua, hawa sejuk pagi masuk melalui jendela apotik membuat Tedi yang baru saja duduk beberapa menit di ruang tunggu menjadi ngantuk. Matanya yang agak sayu mulai menatap wanita yang sibuk di kounter apotik itu, sementara itu pegawai pria yang tadi sudah tak terlihat lagi. Dalam hati Tedi mulai berdialog dengan dirinya sendiri untuk menghilangkan kebosanan, "Kalau diperhatikan cewek itu cakep juga ya, rambutnya hitam panjang, kulitnya sawo matang, wajahnya mirip siapa? oh iya kayak penyanyi yang namanya Memes, tingkah lakunya anggun dan sopan, persis deh, bodinya juga kelihatan oke, bego sekali aku baru menyadarinya sekarang". Tatapan mata Tedi yang semula sayu menjadi berbinar-binar seolah memandang hidangan lezat sewaktu lapar. Rasa ngantuknya lenyap dalam keheningan ruangan apotik yang hanya ada dia dan pegawai wanita itu. Dengan mulai berkurangnya aktifitas pegawai wanita itu, ia mulai merasa kalau sedang diperhatikan. Sedikit curi pandang ke arah Tedi, perasaannya terbukti benar. Pemuda langsing tinggi, 25-an tahun tapi lumayan tampan yang duduk didepannya memandang ke arahnya tanpa berkedip. Tedi akhirnya merasa kalau tatapannya dirasakan oleh wanita itu.

Perhatian Tedi beralih ke barang-barang yang ada di outlet apotik itu. Bangkit dari tempat duduknya sambil membungkukkan badan ia melihat satu persatu barang dalam etalase kaca. Dengan penasaran pegawai wanita itu bertanya pada Tedi, "Mencari apa, Mas?"

"Hanya lihat-lihat kok Mbak!", jawab Tedi, tapi pandangannya tertuju pada sederet kotak kondom dengan berbagai merk dan hal ini tak luput dari perhatian wanita itu.

Perhatian Tedi pada deretan kotan kondom itu begitu nampak karena dia benar-benar lagi membandingkan kelebihan setiap merk kondom dengan lainnya melalui tulisan-tulisan yang ada pada kotaknya. Tanpa malu-malu Tedi bertanya pada pegawai wanita itu, "Mbak, yang merk "A" ini harganya berapa?" yang dijawab pula oleh wanita itu. "Kalau yang "B"?" "Kalau yang "C"?" Semua pertanyaan itupun dijawab oleh pegawai wanita itu. Dengan wajah bingung Tedi menegakkan kembali badannya sambil mendekat ke arah pegawai itu. "Mbak, yang bagus yang mana?" tanyanya lirih dengan wajah lugu. Pegawai wanita itu menjawab dengan menggelengkan kepalanya serta tersenyum malu. Dengan wajah kecewa tak memperoleh jawaban, Tedi membalikkan badan lalu keluar dari apotik itu dan mengambil kotak rokoknya dari sakunya.

Bersandar pada kusen pintu apotik, Tedi menikmati setiap sedotan asap rokoknya. Tanpa disadarinya pegawai wanita tadi sudah ada disampingnya dan mengagetkannya dengan permintaannya, "Mas, boleh minta rokoknya?" Bagai orang dihipnotis Tedi menghulurkan kotak rokok dan koreknya kepada wanita. Tedi merasa kaget campur bingung dan heran menatap wanita disampingnya sedang menikmati sedotan pertama pada sebatang rokok.

"Nggak usah bengong Mas, emangnya kenapa?", tanya wanita itu.

"Ah, Nggak, nggak heran kok, sehari habis berapa Pak biasanya, Mbak?", tanya Tedi sedikit menggoda.

"Saya merokok kadang-kadang aja kok, Mas!", jawab wanita itu.

Setelah itu mereka mengobrol akrab bak 2 orang yang telah lama berkenalan.

"Mas, tadi tanya soal kondom, apa sudah menikah?", tanya wanita itu.

"Belum, makanya saya bertanya, Mbak sudah?", jawab Tedi dan berbalik bertanya.

"Sudah 5 tahun", jawab wanita sambil menunjukkan kekecewaan di wajahnya.

"Wah, sudah pengalaman dong, jadi menurut Mbak, sewaktu suami Mbak pakai kondom yang enak rasanya yang merk apa?", tanya Tedi seakan hal itu menjadi teka-tekinya.

"Apa kamu sudah punya pacar?", tanya balik wanita itu.

Dengan menggelengkan kepala, Tedi menunduk malu seolah sadar bahwa dia menunjukkan keluguannya, lalu dia berusaha menutupinya dengan berkata, "Tapi gini-gini pengalamanku nggak kalah sama Mbak! cuman saya nggak pernah pakai kondom"

"Oh, ya? saya percaya kok", sindir wanita itu.

"Kalau nggak percaya boleh dicoba!", tantang Tedi.

Dengan wajah yang memerah dan tersenyum, wanita itu membuka pintu apotik lalu masuk kembali setelah membuang puntung rokoknya, meninggalkan Tedi seorang diri. Dengan menggeleng-gelengkan kepala Tedi merasa sangat tolol setelah menyadari kalau dia baru saja mengeluarkan kata-kata yang paling bodoh sepanjang pengalamannya berkenalan dengan cewek. Bahkan saat ini dia belum mengetahui nama dan alamat wanita yang baru saja bercakap-cakap dengannya selama 30 menit. Sebuah hasil yang dapat menjatuhkan pamor yang dikenal teman-temannya sebagai seorang yang ahli memperoleh data tentang cewek dalam berkenalan.

Tak lama kemudian Tedi juga kembali masuk kedalam apotik dan mendapati pegawai pria apotik itu telah duduk dimeja counter. Merasa ingin buang air kecil, Tedi menanyakan letak toilet kepada pria itu. Sesuai petunjuk pria tadi, tedi memasuki lorong panjang dalam apotik itu dan akhirnya menemukan kamar mandi setengah terbuka yang kelihatan sangat bersih. Dengan terburu-buru Tedi masuk dan langsung membuka resleting celana jeansnya dan segera mengeluarkan penisnya dari dalam CDnya lalu, "Ah.. Lega rasanya!"

Rupanya Tedi melupakan menutup pintu kamar mandi. Dan karena lagi menikmati buang air kecil dia tak merasakan kalau di belakangnya sudah berdiri pegawai wanita tadi sambil mengamati bentuk dan ukuran penis Tedi yang lagi menyemburkan cairan urine bak ujung selang. Setelah membersihkan penisnya dengan tissu yang ada disampingnya, ia terkejut setengah mati merasakan pundaknya dipegang tangan halus dan punggungnya merasakan geseran dengan 2 benda tumpul yang lunak. Menoleh ke belakang ia melihat wajah pegawai wanita tadi.

Dengan napas lega Tedi berkata, "Kukira hantu, sampai hampir pingsan rasanya!".

"Aku mau buktikan ucapan Mas diluar tadi!", ucap wanita itu sambil tangan kanannya bergerilya memegang pangkal penis Tedi.

Tanpa dikomando burung Tedi langsung mendongkak keatas memberi penghormatan atas rangsangan genggaman halus tangan wanita itu. Diikuti helaan napas yang dalam wanita itu menggeser-geserkan daerah vitalnya yang masih berada dibalik rok dan CDnya ke pantat Tedi. Dengan serta merta Tedi memutar bagian tubuhnya hingga berhadapan dengan wanita itu. Lepaslah genggaman wanita itu pada penis Tedi, tapi pantatnya jadi gantinya, diremas dan ditariknya kearah tubuh wanita itu. Dua bibir saling bertautan, cumbuan dibalas cumbuan, keduanya saling bercumbu dengan gairah yang luar biasa. Dua tangan Tedi menemukan pantat wanita itu dan meremasnya sambil menarik ketubuhnya. Penis Tedi terhimpit dan bergesek dengan bagian depan rok wanita itu tepat pada daerah sekitar alat vitalnya, sementara buah dadanya terhimpit dada Tedi. Di bagian bawah gesek menggesek 2 alat vital yang berlainan jenis menimbulkan efek yang semakin menjadi-jadi meskipun masih terhalang oleh rok dan CD wanita itu. Di bagian tengah dimana gesekan payudara yang semakin mengeras pada dada Tedi juga terhalang oleh BH, pakaian wanita itu dan kaos Tedi. Bagian ataslah yang baru bebas dari segala penghalang, lidah Tedi masuk dalam mulutnya dan mengusap lidah wanita itu dengan liarnya dan dibalas dengan sedotan dari mulut wanita itu, hal ini terjadi silih berganti sementara kedua bibir saling melekat satu sama lainnya.

Selang beberapa waktu terjadi genjatan senjata. Kedua pihak saling melepas halangan yang ada. Pakaian terusan wanita itu sekarang sudah terlepas semua kancing depannya hingga bagian depan tubuhnya terbuka bebas. Celana jeans dan CD Tedi juga sudah sampai kebawah, juga kaosnya yang benar-benar lepas tersampir di gagang pintu kamar mandi sempit yang tertutup. Wanita itu kemudian melingkarkan tangannya kebelakan untuk melepas kancing BHnya, Tedi memanfaat momen itu dengan berjongkok dan mencumbu perut wanita itu sambil melorotkan CD wanita itu hingga lepas. Bersamaan dengan lepasnya BH wanita itu, cumbuan bibir Tedi juga bertemu bibir vaginanya. Desahan dan erangannya merasuki otak Tedi, sedotan mulutnya pada vagina wanita itu diikuti dengan permainan lidah di klitoris.

Kedua tangan bebas wanita itu segera menangkap dan menarik bagian belakang kepala Tedi ke arahnya hingga muka Tedi terhimpit diselakangannya. Sedotan mulut Tedi bertambah kuat bak pompa air yang lagi menyedot sumur. Sesekali wanita itu agak menjongkok dan dengan tarikan kuat pada kepala Tedi hingga juluran lidah Tedi dapat masuk kedalam lubang vaginanya yang paling dalam. Rangsangan hebat yang diberikan Tedi menghasilkan gelombang kejut pada wanita itu, denyut-denyut dinding vaginanya mengantarkan keluarnya cairan kental. Bergelinjang dalam keadaan berdiri membuatnya terhuyung lemas namun beruntung dinding kamar mandi itu telah dekat dengan punggungya hingga tersandarlah punggungnya di dinding. Dekapan Tedi setelah bangkit dari jongkoknya juga membantu wanita itu untuk tetap berdiri sambil bersandar pada dinding kamar mandi.

Dalam dekapan Tedi, mata wanita itu terpejam merasakan kepuasan sesaat, payudaranya menempel pada dada Tedi yang berbulu tipis, dan napasnya yang tadinya terengah-engah mulai teratur kembali. Penis Tedi menempel ketat pada daerah kemaluan wanita itu hingga merasakan kehangatan yang basah. Tedi mulai mencumbu mulut wanita itu dan sedikit demi sedikit diber jalan hingga pergumulan kedua mulut tak dapat dihindarkan kembali. Diikuti gerakan pinggul dan pantat, mengakibatkan geseran penis Tedi pada bibir vagina wanita mulai terasa nikmatnya bagi kedua belah pihak. Lalu wanita itu membuat rangkulan tangan serta usapan di punggung dan belakang kepala Tedi. Terprovokasi oleh rangsangan yang diberikan wanita itu, Tedi mulai sedikit berjongkok hingga ujung penisnya menempel bagian depan lubang vagina lalu dengan gerakan meluruskan kembali kakinya, naik dan masuklah seluruh batang kemaluannya kedalam liang kenikmatan wanita itu yang telah licin dengan tiba-tiba. Kaget oleh sentakan Tedi, keduanya melepaskan ciuman mulut, "Akh..!", jerit wanita itu dengan mulut terbuka dan diikuti dengan desahan, "Ah.. ah.. ah.." ketika Tedi memompa batang kemaluannya kebawah dan keatas. Dua insan berlainan jenis telah memulai hubungan sebadan sambil berdiri dalam kamar mandi apotik yang sempit.

Mulut Tedi mulai menghisap bagian kiri leher wanita itu lalu sesekali pada telinga kirinya. Dengan berputarnya waktu dan berbagai rangsangan yang saling diterima keduanya, wanita itu semakin merasa lemas pada bagian kakinya karena memaksakan diri untuk merengguk kepuasan meskipun telah berorgasme 2 kali. Akhirnya dengan tetap menyandarkan punggungya pada dinding kamar mandi ia meminta tangan Tedi untuk menahan pantatnya lalu mengaitkan kedua kakinya pada bagian belakang kaki Tedi. Sambil membopong wanita itu Tedi tetap melakukan pemompaan batang kemaluannya pada vagina wanita itu. Kekuatan Tedi ada batasnya, akhirnya dilepaskannya kaki kanan wanita itu agar dapat menopang tubuh wanita itu sendiri. Dengan tangan kanan tetap memegang paha kiri wanita itu, Tedi mempercepat gerakan pompanya.

"Aduh Mas aku mau keluar lagi, ssh..", ucap wanita itu sambil menggigit bibir atasnya.

Tedipun segera melepas beban yang sedari tadi ditahannya, penisnya berdenyut hebat dalam liang kenikmatan, menyemprotkan cairan sperma bagai semburan ular berbisa. Merasakan semburan cairan hangat dalam liangnya, wanita itu pun tak kuasa menahan orgasmenya. Keduanya saling berangkulan sampai penis Tedi keluar dari liang kenikmatan dalam keadaan kosong dan lemas. Diakhiri dengan saling ciuman bibir, keduanya membersihkan diri, mengenakan kembali pakaian yang lepas, dan keluar dari kamar mandi.

Tedi melihat waktu pada jam dinding apotik menunjukkan pukul 3 pagi dan setelah menerima obat pesanannya yang baru tiba itu dari pegawai pria apotik itu, dia langsung keluar menuju mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga sampai rumah sakit tempat kawannya dirawat. Kemudian dia memberikan obat serta kopi resepnya itu pada perawat jaga lalu duduk termenung di ruang tunggu sambil berusaha mengingat kejadian sensasional di apotik tadi. Lalu dari kejauhan lorong rumah sakit didepannya dia melihat Joni dan Rio, kedua kawannya, keluar dari sebuah ruangan dengan wajah suka cita, diikuti 2 perawat, yang seorang berumur 40-an dan satunya 20-an. Kedua perawat yang berjalan dibelakang Joni dan Rio terlihat sedang membetulkan seragamnya dan berusaha menutup kancing bagian atasnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Tedi.

Kira-kira apa yang telah dilakukan Joni dan Rio? Donor darah merah atau putih? Kenapa mereka kelihatan senang sekali? Itulah semua pertanyaan dalam benak Tedi.

Cerita Dewasa ML Atasan Ku Yang Hot Aduhai


Cerita Dewasa ML Atasan Ku Yang Hot Aduhai ~ Seperti biasanya akan berbagi kumpulan cerita hanya di blog ... akan Berbagi Cerita Ngentot, Cerita ML, Sex Porno dan Cerita Bercinta. Kali ini  mengambil topik cerita berjudul "Cerita ML Atasan Ku Yang Hot Aduhai" yang akan diceritakan Spesial di Idewasa Blog. Cerita Dewasa ini hanyalah imajinasi belaka, Nama, Tempat, dan Foto dibawah ini 100% Fiksi.

Berikut Cerita yang Berjudul "Cerita ML Atasan Ku Yang Hot Aduhai"

Gue cowok yang masih single. Gue kerja seruang dengan seorang cewek cantik. Dia atasan gue, orangnya cantik dan montok menggoda. Dia suka membuat kontol gue naik terus. Nggak heran dia punya hobby ngesex. Gue juga punya hobby yang sama. Tapi tidak semaniak dia. Hampir tiap hari dia ngesex dengan cowok yang disenanginya, bahkan gue sering diajak 'Anu' sama dia. Disamping gue senang dan menikmati tubuhnya yang aduhai itu, gue juga tidak berani menolak perintahnya.. pokoknya "A.I.S"-lah.. itu..tuu.. Asal Ibu Senang. Dan gue dijanjikan naik pangkat dan tentu saja gaji naik juga dong plus bonus tubuhnya yang montok itu.

Dia orangnya cantik meskipun umurnya jauh diatas gue. Karena dia selalu suka pakai rok 'super' mini warna putih transparan. Maka gue tahu kalau dia tiap hari nggak pernah pakai CD. Yang gue heran ama dia, pas dia ada di luar ruang kerja dia selalu pakai rok biasa bahkan pernah pakai celana. Tapi pas ada di ruang kerja kita dia selalu pakai rok 'super' mini itu. Jadi kalau ada sesuatu yang dia butuhkan dia selalu minta tolong gue yang ngurus. Meja kerjanya yang berada di depan gue, jadi gue bisa melihat apa yang dikerjakannya. Tiap menit dia selalu memancing nafsu gue. Dia sering pura-pura lihat suasana diluar jendela, padahal dia ingin memeperlihatkan kemontokan pantatnya yang super montok itu. Lalu dia pura-pura melihat hasil kerja gue sambil dekat-dekat terus dia menundukkan kepalanya.. lalu yah jelaslah payudaranya yang tergantung bebas tanpa halangan dari BH. Dia goyangkan badannya, maka bergoyanglah payudara itu kiri-kanan-kiri lagi.. Tapi yang paling parah, dia pura-pura menjatuhkan bulpen di lantai, terus dia jongkok membelakangi gue. Pas dia nunduk, roknya tersingkap keatas jadi terlihatlah pantatnya yang montok putih dan memeknya yang putih kemerahan dengan bulu yang tampak menantang untuk dijamah. Pas dia udah ambil itu bolpoint, eh.. dijatuhin lagi terus nungging lagi.. lagi.. lagi.. Dia goyangin itu pantatnya maju-mundur, bawah-atas..lalu dia renggangkan kakinya sehingga memeknya yang lezat itu merekah bagai bunga 'mawar' dan begitu seterusnya. Hingga gue nggak tahan akan kelakuannya itu. Langsung aja gue deketin dia terus gue obok-obok 'anu-nya'.. Dan ternyata.. apa yang terjadi.. ohh..

Dia menikmati sentuhan-sentuhan gue. Saat ini gue bekerja dengan lidah gue. Gue jilat sedikit kacangnya dan di "suck" agar basah. Nggak samapai dua menit udah tampak ada cairan bening di memeknya. Karena kontol gue udah nggak tahan, lalu gue masukin kontol gue ke memeknya. Dia mendesis - meronta - mengerang nikmat(3M) demikian juga gue. Hangat dan lembab. Lalu gue mula goyang kiri kanan, maju-mundur dan kadang-kadang gue putar. Dia bener-bener hebat, setelah gue agak pasif dalam gerakan gue karena udah hampir nyampe. Dia dengan perkasa menggoyang tubuhnya maju-mundur, kanan-kiri dan berputar dengan garang.

Sementara gue makin berat nahan orgasme gue, akhirnya..

"Bu boleh keluarin di dalam..?"kataku.

"Boleh aja sayang, emang sudah hampir.. ya?"katanya sambil terus menggenjot pantatnya maju-mundur.

"Ya, bu"kataku.

"Kita sama-sama ya, hmm..ohh..".

Dengan sisa tenaga gue goyang lagi sampai gue terasa enak bener karena orgasme gue udah sampai deket pintu helm "NAZI".

Lalu gue peluk dia dari belakang sambil gue remes dadanya. Dan cret.. cret.. cret. cret, air mani gue muncrat didalam lubang memeknya. Dan diapun merintih ohh yes dan lalu mencengkeram kursi dengan erat serta badannya bergetar dan menegang.. Rupanya dia klimaks juga. Dengan kontol dan memek masih bersatu gue tetep peluk dia dari belakang.

Dia tersenyum puas lalu melumat bibirku. Dia bilang kontolku enak banget sih. Dia kangen katanya kalau nggak dicoblos kontolku barang sehari. Nggak lama gue peluk pinggangnya kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih akhh.. akhhgg dan lalu di dinding memeknya kubikin terasa hangat karena semprotan sperma gue tadi. Nggak ke tulungan enaknya katanya, tapi dia harus buru-buru ngrapiin baju dan nyuci memeknya. Habis gituan luemes banget dan nggak bisa kerja lagi. Abis sambil berdiri sih.

Enak juga lho making love di kantor. Apalagi kalau lembur jangan dibilang. Di meja kerja, di WC, di lift, di lantai atas gedung atau juga di dalam mobilnya juga bisa, rasa takut ketahuan itu selalu ada, tapi kenikmatannya lain dari pada yang lain, pokoknya sensasinya lain.

Malamnya gue diajak ke pub. Setelah jam dua belas malam, gue ajak dia pulang. Dia kutuntun ke mobilku karena dia mulai mabuk akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman dan kuantarkan ke apartemennya. Gue bingung mengapa dia nggak pulang ke rumahnya sendiri.. mengapa kesini. Kuantar sampai ke dalam kamarnya di lantai 7, gue istirahat sejenak di sofanya. Dia bangun dan menghampiri gue untuk mengucapkan terima kasih dan selamat malam.. tapi tubuhnya jatuh dalam pelukan gue sehingga nafsu gue untuk meng'anu'nya mulai bangkit. Kuciumi dari kening, mata, hidung hingga mulut sensualnya disambutnya ciuman gue dengan permainan lidahnya yang sudah profesional.

Lama kami berciuman dan gue mulai meremas teteknya yang agak kenyal.. lalu kubuka resleting bajunya..kemudian kususupkan tanganku ke dalam behanya untuk meremas teteknya lagi dan memainkan putingnya.. sambil terus berciuman. Satu persatu pakaiannya jatuh ke lantai.. BH.. CD.. tapi kami masih berciuman. tanganku tak tinggal diam.. meremas diatas sesekali memainkan puting dan meraba dan memainkan di bagian memeknya.. oi.. jembutnya yang menggoda.. lezatnya..

Memeknya telah banjir akibat otot memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan dari gue.. tangannya mulai membuka satu persatu pakaianku sampai kami berdua full bugil. Kusodok sodok jari tengahku ke dalam memeknya ..sshh.. oohh.. gung.. please.. sshh.. don't stop..aahh.. terus jariku telunjukku memainkan itilnya yang mulai menegang .. sshh.. aahh.. dan dia mulai merebahkan badannya di sofa kuciumi lagi putingnya dan kusodok-sodok lagi memeknya dengan dua jari.. sshh.. aahh..oohh my goodd..sshh .. dia mulai mencari-cari kontolku yang sudah tegang sejak tadi.. dan mulai menghisap kontolku .. mulai dari kepala .. sshh .. aahh.. buu.. aahh.. sshh .. perlahan lahan mulutnya masuk dan melahap kontolku semuanya sshh ..hhmm.. kutambah jariku satu lagi hingga tiga yang masuk ke dalam memeknya sshh.. aachh.. tambah satu lagi hingga hanya jempol saja yang masih di luar memainkan itilnya.. sshh.. hhmm.. gue lepaskan kontolku dari mulutnya dan mulai kuarahkan ke bibir memeknya yang banjir.. perlahan lahan kudorong kontolku.. sshh.. oohh.. honey.. hhmm.. bibir bawahnya menggigit bibir atasnya.. kuangkat kedua pahanya dan kusandarkan di sandaran sofa yang sebelah kiri sedang yang kanan kuangkat.. dan bless.. aahh.. sshh.. kuayunkan perlahan lahan.. sshh.. oohh my god.. come on.. sshh..terus kuayunkan hingga kupercepat ayunanku .. sshh.. buu.. saya mau keluar buu..sshh.. keluarin di dalem aja sayang..ohh aahh.. kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku sambil terus menggoyangkan pantatnya sshh.. aahh..

Tiba-tiba dia menjerit histeris oohh..sshh.. sshh..sshh.. ternyata dia sudah keluar.. gue terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memeknya sshh.. aahh.. dan aagghh.. crett.. crreett.. ccrreett..kutekan pantatku hingga kontolku menempel dasar memeknya.. dan keluarlah pejuku ke dalam liang memeknya.. sshh.. bbrr.. saat terakhir pejuku keluar.. guepun lemas tetapi tidak gue cabut melainkan menaikan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas gue lihat bagaimana kontolku masuk ke dalam memeknya yang di kelilingi oleh jembutnya yang menggoda.. kubelai jembutnya sambil sesekali menyentuh itilnya. Ssshh.. aahh.. gue mulai mengayunkan kembali kontolku.. biar agak ngilu gue paksakan..kapan lagi.. sshh.. aahh.. hhmm.. gue meminta dia untuk posisi nungging dengan tidak melepaskan kontolku dalam memeknya.. kontolku terasa dipelintir oleh memeknya.. terus kugenjot lagi ..sshh dan.. sshh.. dia mendorong pantatnya dan aachh.. lebih cepet honey ..sshh.. dia sudah keluar lagi

Gue masih asik mengoyang pantatku sambil meremas teteknya yang dari tadi gue biarkan.. sshh.. hhmm..aahh.. dan creett.. creett.. guepun menekan pantatku dan menarik pinggulnya hingga kontolku mentok lagi di dasar memeknya.. kami berdua sama lemas..

Dia ambil sebatang rokok.. dinyalakannya dan dia hisap itu rokok.. persis seperti saat dia menghisap kontol gue.. kami duduk dan sama menikmati permainan tersebut sambil dia merokok kami saling mengobok-obok kemaluan masing-masing.. Kuangkat tubuhnya ke tempat tidur.. kami tidak membereskan pakaian kami yang masih berserakan di lantai ruang tamu.. gue putar jam bekerja tepat pukul 5 soalnya gue mau pulang.. Dia mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkul dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku.. meskipun udara di rungan sudah dingin tetapi tubuh kami masih berkeringat akibat permainan tadi..

Pada kesempatan lain gue datang ke rumahnya nganterin surat-surat penting. Kebetulan siang itu dia lagi sendiri. "Oh kamu sayang.. ayo cepet masuk..ehhmm"katanya sambil nutup pintu. "Iya bu, saya cuma mau ngantar surat
ini "kataku.

Terus gue minta pamit pulang.. tapi.. "Aduh koq buru-buru amat sih.. ibu mau minta tolong lagi.. boleh khan .."katanya manja. Lalu, matanya merem melek sambil lidahnya dikeluarkan, gue udah tahu pasti dia pengen ngentot lagi nich. Pokoknya udah nggak tahan deh. Langsung gue diajak dia masuk dan duduk di teras. Waktu itu dia pakai baju kulot putih transparan. Terlihat payudaranya yang montok dengan putingnya yang menyembul dari balik bajunya. Gue lihat dia lagi 'super' nafsu, lalu dia pancing gue untuk making love. Gue sih "A.I.S" saja.

Lalu kulot dan CD dilepaskan step by step, lalu memeknya gue raba-raba, dan kelentitnya gue diplintir sampai dia terangsang banget. Terus baju, celana dan CD gue diplorotin. Lalu kita duduk di lantai teras. Dalam posisi duduk santai kakiku selonjor, dia sedot-sedot kontolku sampai gue mendesah-desah dan kontolku menjadi tegang dan keras. Dia kangkangi kakinya terus dia pegang kontolku yang udah keras sambil mengarahkan ke memeknya yang sudah basah dan merekah itu.

Aduh enaknya terus dia naik turun terus sambil digoyang-goyang terus dikocok terus sampai kenikmatan yang tak terhingga. Rasanya dia jadi lemas dan capai, tapi dia berusaha tidak mau udahan. Kayaknya teriak tertahan, mungkin dia takut kedengaran tetangga. Dia terus naik turun dan gue juga ngimbangi dari bawah, terus sampai akhirnya gue dan dia pelukan erat-erat karena dia sudah merasa hampir klimaks, dan nggak lama dia pun menegang dan akhirnya sama-sama puncak dan keluar. Pokoknya nikmat banget, dan badan gue juga terasa lemas tak bertenaga kepinginnya nggak mau lepas dari tubuhnya. Tanpa pakai celana dulu dia pergi ke kamar mandi. Pantatnya yang montok bergoyang kanan-kiri-kanan-kiri.. Kadang dia menundukkan tubuhnya sehingga posisinya nungging ke arah gue.. sehingga memeknya terlihat merekah.. ohh. Gue melotot lihat tingkahnya begitu seronok. Ah gue cuek aja. Yang penting.. uueennaakk.. ooii.. Byyee..



Cerita Dewasa | Selingkuh Dengan Mertua Ku Yang Imu

Cerita Dewasa | Selingkuh Dengan Mertua Ku Yang Imut ~ Seperti biasanya saya akan berbagi kumpulan cerita hanya di blog .  akan Berbagi Cerita Ngentot, Cerita ML, Sex Porno dan Cerita Bercinta. Kali ini Idewasa mengambil topik cerita berjudul "Cerita Selingkuh Dengan Mertua Ku Yang Imut" yang akan diceritakan Spesial di . Cerita Dewasa ini hanyalah imajinasi belaka, Nama, Tempat, dan Foto dibawah ini 100% Fiksi.



Berikut Cerita yang Berjudul "Cerita Selingkuh Dengan Mertua Ku Yang Imut"

Selama satu minggu Ibu Mertuaku berada di Jakarta, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami. Apalagi setelah Indri istriku ditugaskan ke Medan selama tiga hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di kerjakan kantor istriku.

Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kami peroleh, kami berdua semakin lupa diri. Aku dan Ibu mertuaku tidur seranjang, layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus rahim Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal.

Setelah istriku kembali dari Medan Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang ke Gl, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa Gl. Setelah Ibu mertuaku kembali kedesa GL hari hariku jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.

Pertengahan juni lalu Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami berdua sudah sama sama saling merindukan, untuk mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.

Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya dijadikan saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah menantunya sendiri.

Juga atas saran Dokter, menurut dokter di usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk mengambil tindakan.

"Bu, apa perlu aku datang ke desa Gl?"
Ibu mertuaku melarang, "Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagipula ini hanya operasi kecil".
Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku.

"Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu"

"Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu sepuasnya".

Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan berkata kalau dia kecolongan. Gila.., hubungan gelap antara aku dengan Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku sangat bingung sekali.

Saat aku sedang asyik asyiknya melamun memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan oleh suara dering telepon dimejaku.

"Hallo, selamat pagi".

"Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar".

Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Mila. Ibu Mila, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, saat latihan terjun payung di Sawangan. Aku taksir, usia Ibu Mila kurang lebih 45 tahun, Ibu Mila seorang wanita yang begitu penuh wibawa, walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Mila tetap terlihat cantik, hanya sayang Tubuh Ibu Mila agak gemuk.

"Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya".

"Oh nggak.., Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?".

"Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan". Jawabku.

"Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?". Tanya Ibu Mila.

"Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa".

"Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu".

"Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok". Jawabku.

Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Mila berkata, "Makanya kalau selingkuh hati hati dong Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil".

Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa.

"Dari mana Ibu tahu?" tanyaku dengan suara yang terbata bata.

"Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri".

Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Mila adalah atasanku, selain itu Ibu Mila adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah

"Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu"

"Terima kasih Bu", jawabku lirih sambil menundukkan mukaku

"Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK".

"Tentang apa Bu?" tanyaku.

"Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak" pintanya tegas.

Akupun keluar dari ruangan Ibu Mila dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Mila yang dengan lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.

"Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya", Tanya Wilman sohibku.

"Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja".

"Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu".

"Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu".

Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku, rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan Ibu Mila, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini

Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.

"Kring.. ", kuangkat telepon di meja kerjaku.

"Gimana? Sudah siap", Tanya Ibu Mila.

"Ya Bu saya siap".

"Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda".

Ternyata Ibu Mila tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan lain. Dengan menumpang mobil kawanku Wilman, aku diantar sampai atm bni, dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku, akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang seperti biasanya.

Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Mila, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Mila masuk ke halaman dan parkir. Ibu Mila pun turun dari mobil dan berjalan kearah ATM.

"Hi.. Pento ngapain kamu disini?", sapa Ibu Mila.

Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.

"Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga", sahutku.

Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.

"Gimana, temenmu belum datang juga?" Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.

"Belum Bu".

"Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah".

Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku belakang.

"Ayo, Pak Bari kita pulang"

"Iya Nya.. ", sahut Pak bari

"Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang".

Uh.. batinku Ibu Mila mulai bersandiwara lagi.

"Memangnya ada apa Ibu mencari saya?".

"Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK".

Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Mila.

"Ayo masuk", ajak Ibu mia.

Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan megah. Aku dan Ibu Mila pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Mila yang begitu antik dan mewah.

"Selamat sore Nya",

"Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana".

"Baik Nya".

Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.

"Silakan Den, ini kamarnya".

Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.

"Kring.., kring.. ", kuangkat telepon yang menempel di dinding.

"Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut".

"Oh.. iya Bu terimakasih".

Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.

Sudah hampir jam tujuh malam tapi Ibu Mila belum muncul juga, yang ada malah Iyem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu Mila yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Mila tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Mila datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Mila, walaupun gendut tapi Ibu Mila tetap cantik.

Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Mila berkata kepadaku, "Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan".

"Tapi Bu", protesku.

"Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu".

Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut CD ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.

"Sial!", makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Mila saat itu.

"Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu", bentak Ibu Mila.

"Mm.., lumayan juga kontolmu".

Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Mila tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.

"Nah, sekarang ceritakan semuanya".

Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami. Kulihat Ibu Mila mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Mila menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Mila bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran kemulusan tubuh Ibu Mila membuat jakunku turun naik.

"Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu", bentaknya lagi.

"Baik Bu", akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.

"Ahh.. ", jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.

"Ahh.. Bu.., nikmat sekali".

Kuangkat kepala Ibu Mila, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.

"Bu.. kita pindah keranjang saja", pintaku,

Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
"Ahh.. ", Jerit Ibu Mila saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.

"Uhh Pento.. enak.. sayang".

Ketelusuri tubuh Ibu Mila dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Mila yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Mila dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena Ibu Mila sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.

"Ahh", jerit Ibu Mila saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.

Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Mila yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku berhasil, Ibu Mila memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku dilubang memek Ibu Mila, tubuh Ibu Milapun makin menegang.

"Aaarrgghh.. Pento", jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya,

Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Mila, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Mila menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Mila kujilati teteknya, kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.

"Ampun.. Pento.. biarkan Ibu istirahat dulu", pintanya.

Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.

"Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas sekali".

Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Mila. Kutekan dengan keras dan.. Bless masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.

"Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat".

Akupun mulai mengeluar masukan kontolku ke lubang memek Ibu Mila, orang yang paling di takuti dikantorku sekarang ini sedang bertekuk lutut di hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku. Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontoku di lubang memek Ibu Mila, bunyi plak.. plak.. akibat beradunya pantat Ibu Mila dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku.

"Uhh.. ", jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut.

Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.
"Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. ".

Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.

Ibu Mila rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus memeluk tubuh gendut Ibu Mila. Nikmat sekali.., Orgasme yang baru saja kami raih bersamaan, kulihat Ibu Mila sudah lelap tertidur, dari celah belahan memek Ibu Mila, air manyku masih mengalir, aku benar benar puas karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO. Kuciumi kembali tubuh Ibu Mila, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu Mila agar telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di lubang memek Ibu Mila.

"Uhh Pento.. Ibu lelah sekali sayang", Lirih sekali suara Ibu Mila.

Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Mila, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Mila terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku, rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan Ibu Mila hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Mila.., dan langsung ku cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Mila.

Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Mila, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, buru buru aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.

"Bu.. Bu.. Mila bangun Bu.. ".

Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.

"Sudah malam Bu saya mau pulang".

"Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi".

Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.

"Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.

"Ini untuk kamu".

"Apa ini Bu?", Tanyaku, saat Ibu Mila menyodorkan sebuah amplop kepadaku.

Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.

Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Mila. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya.
sumber

Cerita Seks | Kenikmatan Ngesex Dalam Mobil

Cerita Seks | Kenikmatan Ngesex Dalam Mobil | Topik Terbaru

Cerita Seks | Kenikmatan Ngesex Dalam Mobil | Topik Terbaru
- Rudi adalah pria awal 30-an berpenghidupan lumayan dengan pekerjaan sebagai seorang pialang di suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yang aneh dengan kehidupannya. Semua berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dalam pekerjaan bahkan membuatnya merasa bergairah untuk menjalaninya. Ini hidup katanya dalam hati.

Kehidupan seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila ia ingin, tentunya dengan proses yang wajar, karena Rudi sangat menghindari 'sex shopping' atas alasan-alasan tertentu. "Biar cinta berjalan semestinya," yakinnya.

Sore itu market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dengannya. Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dalam one day trade. Sebagian masuk ke dalam rekening pribadinya. "Aku memang patut mendapatkan," pikirnya, tidak ada yang merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang secara seksual. Dipandangnya sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya, ia tidak mempedulikan.

Dikemudikan mobilnya keluar dari basement perlahan. Beberapa anak SMU tampak bergerombol di halte dekat gedung kantornya. "Ahh.." kernyitnya. Ia terjebak di kemacetan rutin sore hari. Dirinya sudah mengingatkan agar menunda. "Instingku semakin bagus saja," senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dengan putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dengan pemandangan di depannya.

Rudi menarik nafas dalam-dalam. Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. "Tenang Rud, ini bukan alasan yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu," katanya sambil membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca mobilnya. Dengan segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit. Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil. "Bagus!" ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film porno kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dengan hambar. "Huh! Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah," sungutnya sambil mematikan. Rudi menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah kiri.

Tampak di luar gadis-gadis berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. "Dasar gadis remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya," katanya dalam hati. Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang sangat muda. Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dengan tangannya di belakang sehingga dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda. Rambutnya sebahu dengan leher yang jenjang. Rudi mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dengan gadis belia. Itukah yang diinginkannya saat ini? "Tidak," sahutnya sendiri, "Itu terlalu gila." sambil menatap ke depan ia tak dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dengan seksama lekukan pantat yang padat itu dengan lutut indah dan kulit yang bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dalam format gerakan erotis.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Rudi bersorak dalam hati. Diperhatikannya dengan seksama paha bagian dalamnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dalam bereksplorasi. Ia mulai menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dengan belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue apabila ia orgasme nanti.

Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte karena beberapa orang berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Rudi meraung keras sekali. "Arrgh!" Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dengan mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali.

Langit semakin gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin cepat dan lebat. Di dalam mobil Rudi tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya. Rudi membalas dengan mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.

Dinyalakannya mesin mobilnya karena kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke kiri. Rudi hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada di sana dalam keadaan basah kuyup. Rudi memutar kepalanya untuk mencari yang lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Rudi. Tapi tunggu.. dalam keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas. Rambutnya yang basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sintal, payudaranya menggelembung indah dengan pantat yang bundar, Rudi kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya kemudian ia berlari mendekati gadis itu. Sengaja ia berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dengan pantat bundar yang berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih.

Gadis itu memutar tubuhnya dan berhadapan dengannya yang sedang menjadi Juri festival foto bugil. Rudi tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yang transparan. Dengan berdalih bosan di mobilnya, Rudi mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu bernama Dina, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Rudi tak menghiraukan secara detail percakapannya karena suara Dina terdengar sangat merangsangnya.

"Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih," kata Rudi.
Dina menatap ragu. Rudi menangkap maksud pandangan itu.
"Ok, begini.. Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dalamnya ada semua kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dengan kamu, kamu boleh buang kunci ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?" Dina tersenyum riang menerima dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.

Di dalam mobil Dina merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang tidak menjemputnya. Dina menjadi kesal. Dina membuka dompet itu, terdapat beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di saku bajunya. "Ini cukup," ujarnya. Dengan tersenyum acuh Rudi menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya. "Kamu kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menegok ke belakang," tanya Rudi penuh harap. Dina menggelengkan kepalanya.

Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan derasnya hujan. Bahkan Dina pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata Rudi mencuri pandang untuk menatap paha Dina yang tersingkap. Rudi menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dengan lancar dan halus hingga Dina tidak tersinggung. Rudi menangkap beberapa kali Dina menarik nafas panjang, sepertinya Dina terangsang mendengar cerita Rudi. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya. "Tampaknya ini tak cukup," kata Rudi. Lalu ia menawarkan Dina untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Dina berseru gembira. Lalu Rudi membuka TVcar-nya dan berkata, "Kamu tunggu di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu." Dina mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.

Rudi keluar mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dengan film yang sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca ke pedagang asongan itu. Dina menatap adegan di mini TV itu. Lelaki sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Rudi dari dalam mobil itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi dingin. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Dina menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dalam film itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Dina merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya begitu.

"Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang," sembur Rudi. Dina tersentak dan memalingkan wajahnya. Rudi pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya. "Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Din," kata Rudi tergagap. Lalu ia membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya ke luar mobil. Dina sangat terkejut melihat itu lalu berkata, "Udah deh Rud nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya," katanya sambil memegang lengan Rudi. Rudi menoleh pelan sambil menatap mata Dina. "Sorry?" Dina menyahut pelan. "Nggak pa-pa," nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Rudi. Now or never.

Dipegangnya lengan Dina. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yang masih basah dengan bra membayang itu Rudi kehilangan kontrol. Bibirnya langsung mengecup bibir Dina. Dina tersentak ke belakang kaget. Rudi memburunya. Dikulumnya bibir bawah Dina yang masih terengah-engah itu, sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sehingga Dina tampak seperti berbaring. Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga Dina sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut Dina memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Rudi untuk berbuat lebih jauh. Dibukanya kancing seragam sekolah Dina sambil mengulum mulut Dina. Dina menggelengkan kepalanya perlahan. Rudi mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dengan seluruh indraku untuk membuatmu menjadi ternoda. Aku ingin menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu, karena aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Rudi berteriak.

Dibukanya bra itu lalu dengan rakus dijilat puting kiri Dina sambil meremas payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Dina mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Rudi memindahkan tubuhnya ke atas Dina. Dengan kasar dipegangnya celana dalam Dina. Dina tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.

Keingintahuan dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia merasa takut dengan perbuatan Rudi, sedetik kemudian ia merasa jiwanya melayang, sedetik kemudian otaknya memerintahkan tubuhnya agar bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Dina meneriakkan kata jangan sewaktu Rudi dengan kasar melepas celana dalamnya, lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Rudi berpindah tempat dengan cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Rudi mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Rudi ke atas. Dina tak tahu apa yang dilakukan Rudi, tapi ia merasa ada sesuatu di dalam dirinya. Perasaan yang aneh, dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Rudi sedang mengamatinya dengan matanya yang menyala oleh birahi.

Rudi mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan Dina dengan rambut kemaluan yang tumbuh tak beraturan. Kemudian dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris Dina. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.

Sekarang aku bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dengan caraku, dengan nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dengan spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan menyatu dengan dirinya sehingga ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Rudi semakin liar dan segera menghentikan tindakannya ketika Dina mulai mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan Dina. Dengan mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Dina. Lalu dibenamkan semua batang kejantanannya. Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Rudi mendengar suara Dina hanya, "Ssh.. sh.." terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Dina. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai tubuh Dina melengkung kaku. Kini saatnya.. Rudi mengeluarkan spermanya sambil menekan dalam-dalam.

Lima belas menit setelah itu.. Dina menggigit ujung seragamnya yang lusuh, sementara Rudi merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dengan gadis ini, gadis belia yang ternoda. Diambil KTP dari saku Dina lalu sambil diselipkan ke dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Dina. "Ini buat kamu." Dina menolak sambil terkaget- kaget. "Aku bukan gadis bayaran Rud.." katanya sambil mulai menangis. "Aku sayang kamu Rudii.." sambil terisak-isak. "Tapi aku tidak sayang kamu," kata Rudi sambil meletakkan uang itu di dalam tas Dina, lalu Rudi keluar. Dalam guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Dina keluar. "Lalu lintas akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Din.. thanks ya?!" Dina berteriak histeris sambil lari keluar. Rudi kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan.

sumber