Aku bergegas ke halaman depan rumah. Seperti pemulung aku mengorek-orek bak sampah yang berada di depan rumah itu. Dan, aahh.. tuh.. ada bingkisan plastik kecil bergaris dengan warna kebiruan. Bukankah itu yang tadi pagi dilemparkan Tante Indri dari jendelanya?! Mudah-mudahan kudapatkan apa yang kucari.
Dengan kedua jariku kusepit bingkisan kecil itu. Aku khawatir ada orang lain yang melihat aku saat mengambil kembali bingkisan itu. Kuamati sesaat dan.. Yah, sebaiknya cepat kubawa masuk ke rumah. Hatiku berdesir saat jariku sempat merabai bingkisan itu. Aku rasakan ada yang lunak dan licin. Aku tak sabar. Dengan lekas aku urai ikatannya. Aku tengok isinya. Wwoowww.. Aku melihatnya. Aku temukan bukan hanya satu. Aku temukan beberapa benda semacam balon karet mainan anak dengan ring-ring karet yang melingkar disamping beberapa remasan kertas tissue.
Aku belum pernah melihat kondom, tetapi aku tahu yang dimaksud. Aku sudah sering melihat gambarnya dalam iklan-iklan. Aku yakin inilah kondom bekas yang dipakai majikanku. Aku yakin air mani yang lendir dari kontol Oom Bonny ada dalam kondom-kondom itu. Wwoocchh.. Aku tak kuasa menahan gejolak nafsuku. Aku nanar memandang isi bingkisan di tanganku itu.
Kini aku mencoba merabai kondom-kondom itu. Aku masukkan jari-jariku untuk menjepit keluar satu kondom yang bisa kuraih. Nampak basah dan mestinya 'menjijikkan', tetapi sangat mempesona mataku. Rasanya aku tak ingin melepaskan pandanganku pada apa yang kini dalam jepitan tanganku.
Aku dekatkan kondom itu ke mukaku. Aku ingin membaui-nya. Terbersit rasa amis putih telor. Aku bergerak ke dapur. Ku ambil piring kecil tatakan cangkir teh dari tumpukkan piring bersih lainnya. Kutaruh kondom itu di atasnya. Kemudian kukeluarkan yang lain. Semuanya ada 5 kondom. Uuhh.. Bukan main. Adakah Oom Bonny telah berhubungan badan dengan Tante sebanyak 5 kali semalaman?
Setelah kutaruh bingkisan bekas kondom ke lantai, aku memberikan perhatian sepenuhnya ke piring tatakan cangkir teh itu. Ada 5 kondom terkulai di atasnya. Kondom-kondom itu berwarna putih transparan sehingga isinya nampak membayang. Nampak ada lendir yang meleleh bening ketatakan. Aku berhitung bahwa tadi malam Oom Bonny menggauli Tante Indri hingga 5 kali. Bukan main. Mungkin karena mereka itu pasangan muda yang selalu sangat bergairah untuk berasyik masyuk. Dan itu artinya 5 kondom yang ada di depanku kini berisi 5 kali air mani Oom Bonny yany muncrat dan tumpah di dalamnya. Tanganku melurus-luruskan arah penisku yang ngacengnya semakin bengkak di dalam celanaku.
Aku mendekatkan seluruh wajahku ke piring tatakan itu. Kini baunya terasa makin nyata. Aku pikir ini bau campuran antara cairan birahi yang dikeluarkan dari vagina Tante Indri dengan spermanya Oom Bonny. Tiba-tiba gelora syahwatku menerpa dan menerjang sanubariku. Aku ingin menjilatkan lidahku pada kondom-kondom itu. Aku ingin selekasnya bisa 'nyeruput' sperma yang meleleh itu.
Aku mencoba mengangkat satu dengan tangan kananku. Kuambil pada lingkaran cincinnya agar isinya tidak tercecer. Setelah menggelantung pada peganganku kusaksikan bentuk utuh kondom itu. Makin nyata bentuknya yang mirip balon yang belum tertiup. Mungkin sepanjang 12 atau 13 cm dengan ujung bawah membentuk seperti dot bayi.
Kulihat air mani Oom Bonny ngumpul mengendap nge-gelantung pada dot itu. Oohh.. Aku gemetar. Tangan yang memegang kondom ini bergetar. Aku merinding menahan desir hati ini. Aku sangat haus untuk bisa menjilati atau menumpahkan isi kondom itu ke mulutku. Ampuunn.. Hhh..
Akhirnya seperti ada yang menuntun, tanganku bergerak sedikit ke atas mengikuti wajahku yang juga tertuntun untuk mulai mendongak. Bibirku membuka kecil, menganga kemudian semakin melebar. Aku pengin mulutku me-ngedot-ngedot dulu sebelum kemudian melumati kondom itu dari luarnya. Aku bayangkan lendir-lendir kewanitaan Tante Indri nempel pada dinding luar kondom itu. Aku ingin melarutkannya dalam ludahku.
Aku ingin merasakan cairan amis birahi Tante Indri dalam mulutku. Aku ingin bisa menelan larutannya dan mengaliri tenggorokanku. Aku ingin meminumnya. Aku mencaplok kondom itu. Aku merasakan aroma amis dan rasa asin. Aku melumatinya. Khayalanku mengangkat aku dari bumi. Aku mengambang dalam bayangan seakan Tante Indri sedang menyemprotkan cairan birahinya ke mulutku.
Kucoba melarutkan rasa asin itu sebanyak yang aku bisa. Aku berusaha menelan lumatanku. Berkali-kali kuulangi. Setelah puas kuangkat kembali keluar dari mulutku. Kini tangan kiriku mengambil alih apa yang dipegang tangan kanan. Dan tangan kananku yang sangat bergetar saat meraih ujung dot itu mengangkatnya ke atas sambil pelan-pelan mengarahkan lubang cincin kondom di tangan kiri untuk menumpahkan isinya ke mulutku.
Aku merasakan ada aliran dingin kental meleleh ke mulutku. Aku yakini yang telah meleleh tertumpah masuk ke rongga mulutku adalah sperma Oom Bonny. Hhoocchh.. Apa yang mesti kulakukan.. Hhoohh.. Nikmat macam mana yang kurasakan.. Hhoohh.. Jiwa terbang meretas khayal.. Nikmat yang tak ter-ampunkaann.. Oaachh.. Oocchh..
Aku terbang dalam nikmatnya puncak birahi.. Aku meraih apa yang kuinginkan.., Air mani Oom Bonny telah kukecapi dan kulumat. Air mani Oom Bonny telah larut dalam ludah mulutku.. Amppuunn.. Jangan tanya nikmatnyaa..
Aku telah meracau tak keruan. Akan kukeringkan isi kondom itu. Dengan jempol dan jari kiriku aku menjepit bawah dotnya dan mengurutnya ke bawah. Gumpalan lendir kental yang besar jatuh kemulutku. Aku berkesempatan mengunyah-kunyah sebelum menelannya.
Sesudah kering kondom pertama, kuraih kondom ke dua dan seterusnya. Kulakukan apa yang pernah kulakukan. Gumpalan demi gumpalan sperma Oom Bonny kembali meleleh dalam mulutku, mengaliri tenggorokanku. Aku meminum seluruh sperma Oom Bonny yang ditinggalkan dalam kondom-kondomnya. Untuk meyakinkan bahwa benar-benar seluruhnya, kondom-kondom itu kubalik, basah lengketnya kembali kukenyoti hingga ludas.
Ingin aku untuk melanjutkan nikmat dengan menyelesaikannya melalui ejakulasiku, namun masih banyak cadangan kenikmatan yang akan dan harus kutempuh. Kini aku cenderung menggantung ejakulasiku dan biar kubersihkan dulu meja makan. Aku terdorong ingin merasai kembali bekas bibir dan lidah majikanku pada sisa-sisa sarapan pagi mereka, pada tepian cangkir minum ataupu pada sendok atau garpu yang dilahapnya. Aku bangkit dari kondom-kondom yang masih terserak menuju meja makan.
Dengan setengah telanjang sesudah membuka baju dan menyisakan celana dalamku, aku duduk di kursi dan mulai melahap sisa sarapan majikanku. Khayalanku terbang jauh mengajak lidahku menjilati ludah di bibir Oom Bonny. Aku mencoba untuk menyeruak kerongga mulutnya. Aku mencium aroma mulutnya dari sendok bekas makannya. Saat kudapatkan aku mengelusi dan memijat kemaluan di balik celana dalamku.
Selesai sudah membersihkan sisa sarapan. Pada kesempatan ini aku berusaha untuk tetap tenang. Aku ingin menjemput kenikmatan syahwatiku secara maksimal. Aku akan melewati seluruh acara pokokku sebelum aku menapaki orgasmeku. Aku berdiri membersihkan meja makan dan membawa piring serta perabotan lainnya ke dapur. Kemudian aku melangkah menuju tempat pakaian kotor. Tetapi setelah melihat tumpukkan yang menggunung, aku pikir biarlah aku mencuci nanti saja sesudah hari siang. Aku sudah tak tahan untuk selekasnya menyelesaikan desakkan syahwatku. Kini aku hanya mengaduk pakaian-pakaian itu untuk mencari celana dalam, kutang dan singlet kotor yang bekas pakai majikanku.
Itulah 'keindahan eksotik'-ku. Barang-barang itu kukumpulkan kemudian kuamati satu-satu. Aku merasakan ada 'cinta' pada barang-barang itu. Aku sepertinya sedang menghadapi Tante Indri yang cantik itu. Aku disuruhnya menciumi kakinya. Kemudian dia meludahi mulutku.
Aku disuruhnya melumat celana dalam kotornya. Dan kulakukan. Aku kini menunggu larutnya keringat yang asem dari celana dalamnya untuk larut ke ludahku. Aku telah siap melahapnya. Kemudian Oom Bonny juga menjejalkan celana dalam kotornya ke mulutku pula. Aku mengikatkan celana dalam Tante Indri untuk membekap hidungku.
Kini hasrat syahwatku siap meledak. Aku ingin cari pelabuhan yang nyaman untuk melepaskan birahiku. Pakaian-pakaian kotor kubawa ke ranjang majikanku. Aku cepat rebah ke atasnya. Kuraih bantal atau guling. Aku mengkhayalkan seakan sedang menggauli Tante Indri atau Oom Bonny. Tanganku menjepiti penisku.
Aku mencoba mengayun-ayunkan pinggulku pada bantal itu. Aku hirup dalam-dalam celana dalam Tante Indri yang jadi penutup hidungku. Tanganku semakin cepat mengocok dan mengelusi penisku. Aku mendesah-desah. Aku berguling-guling di kasur itu. Rasanya pandangan mataku mulai nanar. Aku melihat lagit-langit kamar yang berputar-putar dan semakin menjauh. Spermaku semakin mendesak ingin keluar. Aku percepat kocokkanku. Aku ingat kondom di lantai. Cepat kuraih. Tanganku buru-buru memasukkan kondom itu ke penisku. Aku membayangkan mengocoki kontol Oom Bonny. Yyyee.. Aaacchh.. Yaahh.. Yaahh.. Aacchh.. Yyoowwuujj.. Hhh..
Aku tak tahu lagi. Aku terlempar ke awang gelap nikmat. Aku melotot terbuka tetapi tak ada yang kupandang dari mataku. Aku terbang mengawang.. Yang kurasakan kini spermaku yang merembet mendekati pintunya.. Dan aku beteriak.. Aku melolong.. Aku mengaduk kasur.. Tanganku menyobek celana dalam Oom Bonny.. Juga celana dalam Tante Indri.. Kuputuskan tali-tali kutang Tante Indri.. Mulutku berbusa menggigiti kondom bekas itu.. Aku ingin menelan kondom itu.. Hhoocchh..
Aku sedang terperangkap dalam pusaran syahwat yang sangat luar biasa. Semestinya aku pingsan. Ataukah sudah sadar? Aku terbangun. Aku ngompol? Ah.. Kenapa begini banyak cairan lendir keluar dari penisku. Celana dalamku sangat kuyup. Kuperhatikan. Rupanya aku juga terkencing bersamaan dengan ejakulasiku. Mungkinkah? Aku telah mengalaminya. Puncak kenikmatan birahi yang baru kulalui. Puncak semacam itu tak pernah kulalui untuk kedua kalinya. Aku tak pernah mengalaminya lagi.
Berhari-hari sesudahnya, kemudian berminggu-minggu berikutnya, bahkan kemudian berbulan-bulan dan seterusnya, setiap hari aku mengulangi apa yang kulakukan pada hari itu. Entah berapa galon sperma majikanku yang telah kutelan. Entah berapa liter keringat kering di celana dalam ataupun kutang yang larut dalam ludahku. Yang kutemui akhirnya hanyalah kenikmatan rutin.
Pada saat saudaraku yang tempo hari membawaku ke majikanku ini datang menjengukku dengan gembira dia berkomentar,
"Ah, gemuk badanmu kini, No", dia panggil aku Kusno. "Ya, sukurlah, kamu sehat. Banyak senang dan makan vitamin rupanya, ya?",
Yaa.. Begitulah, Mas. Majikanku banyak memberi aku vitamin. Pagi sisa sarapannya, agak siang membersihkan sperma dari kondom-kondomnya, siangnya dapat vitamin C dari asem celana dalam, kutang dan singlet mereka, begitu jawaban dalam hatiku dengan penuh geli.
Pada suatu pagi aku dipanggil Oom Bonny. Dia telah mengurus sekolahku. Aku disuruh memilih, sekolah pagi atau sekolah siang. Kalau aku pilih pagi, aku mesti menyelesaikan tugas rumahku di siang harinya dan sebaliknya. Aku senang sekali tetapi mulutku terdiam. Aku sedang melamunkan berapa galon sperma Oom Bonny di depanku ini telah masuk ke perutku. Aku juga membayangkan bau celana dalamnya, asin keringatnya. Aku tak mau melewatkan kenikmatan-kenikmatan gratis yang selama ini aku dapatkan.
Aku bilang sama Oom Bonny,
"Aku pilih yang siang saja, Oom".
Mulai besok siang aku akan kembali ke sekolah.
Jakarta, Mei 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar