Selain mengonsumsi makanan bergizi sejak dalam kandungan yang disertai stimulasi, Dr Reni Akbar Hawadi Psi, kepala Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan langkah berikutnya adalah dengan menyusui bayi. Selain karena air susu ibu (ASI) mengandung lemak esensial seperti DHA dan AA serta taurin yang membantu pematangan sel-sel otak, saat menyusui pun terjadi stimulasi dan pemberian kasih sayang.
''ASI bukan hanya memberi nutrisi terbaik, tetapi juga kehangatan. Jadi emotional bonding, emotional attachment ibu dan anak itu terjaga. Ada kontak mata, usapan, ibu berbicara. Selama ini orang melihat pemberian ASI itu an sich nutrisinya, padahal tidak. Jadi memang pemberian ASI dahsyat sekali,'' katanya.
Pada umur nol bulan, tutur Reni, sel-sel saraf (neuron) di otak bayi kebanyakan hanya terlihat lurus-lurus saja, hanya terdiri atas badan sel dan perpanjangan dari ujung badan sel atau dendrit. Otak bayi mengalami proses pematangan bila dari sel-sel tersebut terbentuk semacam tangkai yang memanjang yang disebut akson. Akson inilah yang saling berhubungan membentuk simpul saraf yang membuat otak dan seluruh bagian tubuh berkomunikasi.
Menurut data Departemen Kesehatan, anak yang diberi ASI punya IQ 4,3 poin lebih tinggi dibanding yang tak diberi ASI. IQ itu pun terus melesat kendati sang anak tak lagi diberi ASI. Sebab setelah diperbandingkan, pada usia tiga tahun, anak yang diberi ASI memiliki IQ 4-6 poin lebih tinggi, dan pada usia delapan tahun memiliki IQ 8,3 poin lebih tinggi dibanding anak yang tak diberi ASI.
Sejumlah orangtua yang anaknya diketahui ber-IQ tinggi, punya record menyusui anaknya. Farida Kasim (60 tahun), misalnya, memberi ASI dua tahun penuh kepada anak kedua hingga keempat. Hanya anak pertama yang diberi ASI setahun. Kini, anak bungsunya, Firmansyah Kasim (16), meraih medali emas Olimpiade Fisika di Iran, Juli lalu. Firmansyah mempunyai IQ 153, sedangkan tiga kakaknya rata-rata 130.
Sejak masih mengandung, Farida mengaku sudah melakukan persiapan. Dia rajin makanan sumber protein seperti ikan, ayam, telur, dan daging. Selain itu ditopang vitamin serta jus wortel, sunkis, dan apel. Dia mengaku sangat meyakini anak cerdas banyak bergantung pada masalah gizi, di samping faktor keturunan. ''Tidak lupa saya juga selalu berdoa,'' kata Farida yang di Makassar, pekan lalu.
Pasangan keluarga dokter di Yogyakarta, dr Probosuseno SpPDK-Ger dan drg Hj Siti Rohmi juga memberikan ASI kepada keenam anaknya. Bahkan, tak seperti lima anak lainnya yang diberi ASI dua tahun, anak nomor lima, Rizka (11), diberi ASI sampai empat tahun. ''Rizka yang paling cerdas, paling kuat, paling lincah, dan multi-talenta. Dia bisa menyanyi, melukis, menceritakan, dan menghafal dengan cepat. Setiap mengikuti lomba selalu juara. Padahal anaknya mungil,'' katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar